Bahasa dipakai dalam semua aspek kehidupan manusia untuk tujuan ekspresi, komunikasi, atau sosial. Cara berbahasa disesuaikan dengan berbagai hal yang salah satunya ialah bidang penggunaan. Pemakaian bahasa sesuai dengan bidang penggunaan itu disebut laras bahasa. Secara sederhana, laras bahasa dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu laras bahasa sastra, kreatif, jurnalistik, bisnis, ilmiah, dan hukum.
Keenam laras bahasa tersebut memiliki perbedaan pada tiap tataran bahasa: wacana, paragraf, kalimat, kata, dan ejaan. Laras bahasa sastra merupakan laras bahasa yang paling luwes, sedangkan laras bahasa hukum merupakan laras bahasa yang paling kaku. Empat laras bahasa lain—kreatif, jurnalistik, bisnis, dan ilmiah—membentuk spektrum di antara kedua kutub ekstrem laras bahasa sastra yang lentur dan laras bahasa hukum yang kejur.
Karya sastra berupa puisi, prosa, dan drama merupakan bagian dari laras bahasa sastra. Sastrawan memiliki lisensi puitis (licentia poetica) yang membebaskan mereka untuk mendayagunakan bahasa demi mewujudkan keindahan. Paragraf dan kalimat dalam karya sastra dapat dibuat mulai dari pendek sekali hingga panjang sekali. Pilihan kata pada laras bahasa itu fleksibel dan ejaan pun dapat dilenturkan apabila diperlukan.
Laras bahasa berikutnya, yaitu laras bahasa kreatif, diterapkan dalam wara atau iklan, konten media sosial, serta antarmuka pengguna (user interface/UI) aplikasi. Meski tidak selentur laras bahasa sastra, bahasa yang digunakan pada laras bahasa kreatif harus lentur karena difokuskan pada penerimaan pembacanya. Kalimat yang pendek, pilihan kata yang santai, serta ejaan yang masih dapat dilenturkan merupakan ciri umum laras bahasa itu.
Setelah laras bahasa kreatif, ada laras bahasa jurnalistik yang paragraf dan kalimatnya masih pendek, pilihan katanya populer, tetapi ejaannya lebih tertib. Laras bahasa itu dipakai pada, antara lain, berita, siaran pers, dan esai. Bahasa yang digunakan pada produk jurnalistik perlu dapat dipahami dengan mudah oleh publik.
Selanjutnya, kalangan profesional dan pemerintah memakai laras bahasa bisnis atau dinas untuk penulisan surat, laporan, prosedur, dan sebagainya. Laras bahasa bisnis mengandung paragraf dan kalimat yang panjangnya sedang. Pilihan kata pada laras bahasa itu pun baku dan teknis serta ejaannya tertib.
Laras bahasa berikutnya, yaitu laras bahasa ilmiah, dapat dianggap sebagai laras bahasa yang paling sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Laras bahasa itu dipakai, antara lain, pada skripsi, makalah, dan buku teks. Pada laras bahasa ilmiah, paragraf dan kalimatnya panjang, pilihan katanya baku dan ilmiah, serta ejaannya tertib.
Terakhir, tulisan berbentuk peraturan, perjanjian, dan akta merupakan bagian dari laras bahasa hukum. Laras bahasa itu pada umumnya memiliki paragraf dan kalimat yang sangat panjang serta pilihan kata yang beku dan sulit untuk diubah. Meski demikian, bahasa pada laras bahasa hukum tetap harus mudah dipahami dan tidak boleh menimbulkan ketaksaan.
Kebutuhan yang berbeda dari tiap laras bahasa itu dipenuhi oleh beragam Kelas Daring Dasar (KDD) Narabahasa. KDD Penulisan Konten Media Sosial menyediakan kebutuhan laras bahasa kreatif bagi admin media sosial. Selanjutnya, KDD Penulisan Jurnalistik memberikan bekal laras bahasa jurnalistik bagi para jurnalis. Kemudian, KDD Komunikasi Bisnis memenuhi kebutuhan laras bahasa bisnis dan dinas bagi pegawai profesional dan pemerintah. Akhirnya, KDD Penulisan Ilmiah membekali akademisi, peneliti, dan mahasiswa dengan laras bahasa ilmiah.
Narabahasa belum memiliki KDD khusus untuk dua laras bahasa yang berada pada ujung ekstrem lentur dan kaku, yaitu laras bahasa sastra dan hukum. Namun, KDD Gramatika dan Ejaan niscaya menyediakan pengetahuan kebahasaan yang diperlukan untuk semua laras bahasa. KDD itu dapat diikuti oleh siapa pun karena kaidah bahasa umum dapat diterapkan untuk konteks apa pun.
Sampai jumpa dalam KDD Narabahasa. Saya dan pramubahasa lain akan membantu Kerabat Nara untuk menguasai bahasa demi menguasai dunia.