Menyimak itu Penting

oleh Qinthara Silmi Faizal

Kerabat Nara mungkin sudah tidak asing dengan empat keterampilan bahasa: menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keterampilan bahasa penting untuk kita kuasai karena banyak pekerjaan yang bergantung pada tingkat penguasaannya, misalnya wartawan, guru, manajer, dan spesialis hubungan masyarakat. Selain itu, keterampilan bahasa juga berpengaruh dalam kehidupan bersosialisasi. Berkaitan dengan hal tersebut, saya pernah menyaksikan dan mengalami hal lucu tentang salah satu aspek, yaitu menyimak.

Kejadian ini berlangsung sebelum pandemi, kira-kira pada 2019 akhir. Saat itu saya dan seorang sahabat sedang menongkrong di sebuah kedai kopi. Ketika sedang asyik bercengkerama, telinga saya menangkap suara omelan perempuan yang duduk tidak jauh dari kursi saya. Saya mendengar perempuan itu berkata, “Konsepnya bukan gitu. Aku kan udah jelasin panjang lebar kemarin. Aku maunya bunga putih dan ada dekorasi lampu. Kenapa gambar yang mereka kirim ngga ada lampunya? Kamu pasti ngga nyimak, ya, waktu aku cerita?” Dia sepertinya sangat sebal karena selang beberapa menit kemudian dia pergi meninggalkan laki-laki yang menjadi lawan bicaranya. Raut muka laki-laki itu segera berubah lesu. Sembari memegang kepalanya, si laki-laki meneguk kopi yang tersisa. Ia kemudian menyusul perempuan tadi. Sementara itu, saya dan sahabat saya hanya berpandang-pandangan. 

Kejadian selanjutnya adalah pengalaman pribadi ketika saya dan teman-teman saya sedang merencanakan untuk berlibur bersama. Waktu itu, kami menyusun daftar tempat wisata yang akan kami kunjungi, perlengkapan yang harus kami bawa, akomodasi, dll. Saya sendiri mendapat tugas untuk mencari rental mobil dan akomodasi. Namun, karena sambil membuka ponsel, saya tidak terlalu menyimak obrolan mereka. Saya kembali sadar ketika teman saya berkata, “Oke, udah jelas kan pembagian tugasnya?” Dengan polos, saya menyeletuk, “Eh, sekalian aja, deh, aku pesen tiket sekarang. Kita mau pesen tiket kereta pukul berapa?” Padahal, memesan tiket kereta itu bukan bagian saya. Malu sekali kalau diingat-ingat. “Ih, Sysil, jaka sembung, ah. Mesen tiket kereta itu tugasnya Sarah. Kamu tugasnya cari rental mobil sama akomodasi. Bebas mau vila atau hotel, yang penting PW. Kamu pasti ga nyimak, ya?” balas teman saya dengan muka cemberut. Sontak saya meminta maaf. Teman-teman saya yang lain malah terbahak-bahak. Kata mereka, muka saya terlihat panik.

Dari dua kejadian tersebut, saya menyimpulkan bahwa menyimak itu penting. Keadaan bisa menjadi gawat jika kita tidak menyimak dengan baik informasi yang disampaikan oleh seseorang. Maka dari itu, menyimak perlu kita kuasai.

Omong-omong, Kerabat Nara pernah mengalami kejadian berkesan yang berkaitan dengan menyimak? Coba ceritakan.

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar