Pada bulan Mei, Narabahasa membuka Audisi Widyaiswara. Pada mulanya, saya sendiri tidak tahu arti kata widyaiswara. Begitu saya telusuri di kamus, widyaiswara ternyata mengartikan ‘guru’.

Namun, jauh sebelum program perekrutan itu dibuka, istilah widyaiswara sudah populer sebagai nama jabatan di lembaga-lembaga pendidikan dan latihan (diklat) pemerintah. Nama jabatan ini diduga telah digunakan sejak 1987. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 14 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, widyaiswara adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS pada Lembaga Diklat Pemerintah. Sementara itu, dalam Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Widyaiswara, widyaiswara adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang, untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS pada lembaga pendidikan dan pelatihan (diklat) pemerintah. Widyaiswara diharapkan memiliki kompetensi pengelolaan pembelajaran, kepribadian, sosial, dan substantif.

Sayangnya, saya tidak menemukan dokumen pemerintah yang menjelaskan etimologi widyaiswara dan alasan di balik pemilihan kata tersebut sebagai jabatan fungsional. Pun, jika memasukkan kata tersebut ke dalam mesin pencari, hasil yang akan muncul adalah syarat-syarat untuk menjadi Widyaiswara PNS.

Widyaiswara berasal dari bahasa Sanskerta, gabungan dari vidyā yang menurut Sanskrit Dictionary berarti ‘knowledge’ (pengetahuan) dan īśvara yang memaknai ‘master’ (penguasa). Dengan demikian, widyaiswara dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai ‘guru’. Perlu diketahui juga, kamus kita mencatat ‘jabatan fungsional yang diberikan kepada pegawai negeri sipil dengan tugas mendidik, mengajar, dan/atau melatih secara penuh pada unit pendidikan dan pelatihan dari instansi pemerintah’ sebagai makna kedua dari kata widyaiswara. Namun, tentu saja, Narabahasa mengacu pada makna pertama dalam program perekrutan widyaiswara. 

Apakah pemakaian widyaiswara dalam program perekrutan ini dapat disalahartikan? Tentu saja bisa jika kita mengetahui bahwa widyaiswara hanyalah jabatan fungsional dalam instansi pemerintah. Padahal, makna ‘guru’ dalam widyaiswara itu luas sekali. Tanpa perlu terdaftar sebagai PNS, siapa pun bisa menjadi guru; siapa pun bisa menjadi widyaiswara.

Audisi Widyaiswara Narabahasa terbuka bagi masyarakat Indonesia yang memiliki renjana untuk mengajar dalam bidang bahasa. Kerabat Nara yang tertarik bisa mendaftar sebagai Widyaiswara Gramatika dan Ejaan, Widyaiswara Bahasa Kreatif, Widyaiswara Bahasa Jurnalistik, Widyaiswara Bahasa Bisnis, Widyaiswara Bahasa Ilmiah, dan Widyaiswara Bahasa Hukum. Syarat-syaratnya bisa diakses melalui tautan s.id/daftaraudisiwidyaiswara. Pendaftaran dan seleksi administrasi masih dibuka hingga 7 Juni 2021, lo.

 

Rujukan:

  • Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia. Sejarah. Diakses pada 3 Juni 2021.
  • Īśvara. Pada Sanskrit Dictionary. Diambil 3 Juni 2021, dari https://sanskritdictionary.com/%C4%AB%C5%9Bvara/34401/1.
  • Pemerintah Indonesia. 2008. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Widyaiswara. Jakarta: Kepala Lembaga Administrasi Negara.
  • Pemerintah Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 14 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya. Jakarta: Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
  • Vidyā. Pada Sanskrit Dictionary. Diambil 3 Juni 2021, dari https://sanskritdictionary.com/vidy%C4%81/28737/4.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin