Saya menemukan satu artikel menarik yang ditulis oleh Jonah Malin, seorang ahli strategi konten, penulis wara, dan editor bahasa. Ia menulis tujuh kekeliruan yang sering kali dilakukan oleh penulis sehingga tulisan-tulisan mereka tidak begitu menarik untuk dibaca. Apa saja itu?

1. Mengabaikan Judul

Saya sebetulnya tidak begitu mengindahkan judul atau tajuk. Saya terbiasa untuk memikirkan judul setelah tulisan sudah rampung. Lebih dari itu, saya berpikir bahwa isi tulisan lebih penting daripada judul. Toh, tulisan yang bagus akan menemukan pembacanya. Namun, Malin berpendapat lain. Menurutnya, judul sama pentingnya dengan isi tulisan.

Pada era yang serbacepat ini, kita dibanjiri dengan puluhan, ratusan, bahkan ribuan bacaan. Tulisan baru terbit setiap hari. Dengan demikian, salah satu aspek dalam tulisan yang bisa memikat pembaca, ya, judul. Ibaratnya, judul adalah pintu masuk. Apabila menarik perhatian mata, judul bisa menyihir hati, lalu mengundang orang untuk membaca.

2. Mengutamakan Kuantitas

Perlu diingat, apabila tidak semua topik perlu ditulis, tidak semua tulisan harus dipublikasikan. Saya paham bahwa konsistensi dalam pengiriman atau pengunggahan tulisan bisa melonjakkan pelibatan. Namun, terkadang mengejar jumlah setoran tulisan bisa memengaruhi kualitas tulisan kita.

Menulislah sesering mungkin. Kalau bisa, menulislah setiap hari dengan tetap mengingat bahwa kualitas lebih penting daripada kuantitas. Toh, tidak ada ruginya jika salah satu dari sepuluh tulisan kita gagal terbit. Anggap saja sebagai latihan.

3. Terlalu Panjang

Selain alurnya yang kurang enak dibaca, draf tulisan kita sering kali terlalu panjang, ngalor ngidul. Semoga kita selalu ingat untuk melakukan swasunting. Biasanya, pada tahap inilah kita tergerak untuk memangkas bagian-bagian yang tidak perlu atau bahkan merombak keseluruhan tulisan.

4. Solusi yang Tidak Jelas

Ketahuilah terlebih dahulu target pembaca yang hendak Kerabat Nara sasar. Lalu, pertimbangkan tujuan tulisan Kerabat Nara. Kita tahu, setiap kalangan, baik berdasarkan usia, profesi, maupun lingkungan sosial, pasti memiliki topik favorit dan masalah yang ingin mereka selesaikan. Sebisa mungkin, manfaatkanlah celah tersebut dengan merancang tulisan yang menyertakan jalan keluar. Coba, sebagai pembaca, buat apa kita membaca tulisan yang malah bikin pusing kepala?

5. Mengesampingkan Riset

Saya rela menghabiskan separuh waktu kerja untuk melakukan riset. Bahkan, saya sempat ditegur oleh atasan karena terlalu lama meneliti. Namun, waktu itu, alasan saya jelas: riset adalah fondasi bagi saya untuk menentukan sudut pandang penulisan. Saya tidak mau menuliskan sesuatu yang sudah pernah ditulis orang lain. Sama halnya dengan skripsi, yang saya lakukan adalah melanjutkan penelitian terdahulu, entah itu menyempurnakan atau membantahnya. Selain itu, berkat riset, saya mampu mengembangkan tulisan menjadi bacaan yang mengundang perhatian.

Terlebih, kredibilitas tulisan kita bisa terjamin lewat riset, tentunya dengan tetap memperhatikan sumber-sumber yang kita rujuk dan menyertakannya ke dalam daftar referensi.

6. Terlampau Egosentris

Perasaan dan latar belakang penulis memang bisa menjadi bumbu dalam tulisan. Faktor tersebut mampu menimbulkan efek tertentu di dalam benak pembaca. Namun, perlu diakui, tidak semua orang peduli terhadap cerita pribadi kita sebagai penulis. Karya tulis egosentris, saya rasa, bisa menyiratkan bahwa penulis sedang membanggakan atau memanjakan dirinya sendiri.

7. Tidak Tegas Menutup

Penutup tulisan adalah tempat bagi penulis untuk menyatakan simpulan. Berilah arahan yang jelas kepada pembaca: melanggan, meninggalkan jejak di kolom komentar, atau membagikan ulang tulisan lewat media sosial. Lebih dari itu, tulisan bisa juga ditutup dengan mengajak pembaca untuk meneruskan nilai-nilai baik yang ada di dalam tulisan kita.

Itulah tujuh kekeliruan penulis yang disorot oleh Jonah Malin. Saya melihat tujuh poin itu sebagai alasan di balik tulisan-tulisan kita yang tidak menarik bagi pembaca. Malin menutup artikelnya dengan deretan kalimat berikut.

“Penulis yang baik menyunting, menyatakan banyak hal dengan ringkas, dan memberikan pelajaran yang jelas. Penulis yang baik mendukung setiap klaim dengan penelitian. Penulis yang baik mengajak pembaca untuk memasuki dunianya tanpa memanjakan diri sendiri. Penulis yang baik menutup tulisannya dengan terampil.”

 

Rujukan:

Malin, Jonah. “7 Writing Mistakes Guaranteed to Make People Stop Reading Your Content”. Diakses pada 6 Juni 2021.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin