
Duta Jenama Narabahasa Beri Kiat Produksi Konten Media Sosial dan Formula Kemampuan Berbahasa
Duta Jenama Narabahasa dan Duta Bahasa Jawa Barat menyelenggarakan gelar wicara virtual bertajuk “KosaKarsa: Konten Media Sosial dan Kemampuan Berbahasa”, Sabtu, 8 Desember 2022.
Program darmabakti Duta Jenama Narabahasa tersebut membahas kiat-kiat memproduksi konten media sosial dan formula dalam meningkatkan kemampuan berbahasa. Tiga orang Duta Jenama Narabahasa didapuk menjadi pembicara, yakni Habel Elia Natanael Santoso, Moch Akbar Selamat, dan Khairina Diar.
Khairina terlebih dahulu memaparkan kiat produksi konten. Sebelum memproduksi konten media sosial, kata Khairina, ada pentingnya untuk mempelajari tren. Hal itu akan memperbesar peluang konten untuk menjadi viral karena konten yang diproduksi telah sesuai dengan tren di kalangan audiens.
“Pelajari apa, sih, yang sedang tren. Contoh, Instagram sekarang lagi naikin banget untuk Reels. Kalau di feed Instagram, biasanya likes-nya sedikit, tapi kalau Reels, enggak cuma followers kita saja yang bisa lihat. Jadi, mulai bikin kontennya jangan di [feed] Instagram. Bikinlah di Reels,” papar Khairina.
Umumnya, tiap-tiap media sosial memiliki tren yang berbeda. Oleh karena itu, Khairina menyarankan untuk tidak hanya mempelajari tren di satu media sosial saja. “Biar [konten] kita ikut naik, ibaratnya riding the wave, supaya konten kita diketahui oleh banyak orang,” imbuhnya.
Hal yang sama juga ditegaskan Habel. Menurutnya, riset termasuk hal penting dalam memproduksi konten media sosial. Lebih lanjut, Habel memaparkan tiga jenis riset konten sesuai waktunya.
Pertama, riset sebelum membuat konten. Riset itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas konten yang akan diproduksi. “Seperti tujuannya, riset itu mencari sesuatu yang baru dan memastikan apa yang sudah Anda lakukan,” tutur Habel.
Jenis riset yang kedua adalah riset saat membuat konten. Riset yang dapat dilakukan adalah dengan mencari tahu hal-hal yang dibutuhkan untuk memperbagus konten, seperti mencari pilihan kata yang tepat untuk takarir.
Ketiga, riset setelah membuat konten. Riset ini dilakukan untuk mengevaluasi konten yang telah diproduksi. “Pastikan, saat membuat konten, kita tidak cuma riset di awal, tapi juga mengevaluasi di akhir,” tegas Habel.
Selain riset, desain juga termasuk penting. Hal itu karena desain berkaitan dengan penjenamaan diri. Ciri khas desain bisa menjadi identitas seseorang di akun media sosialnya. “Masalah desain ini berkaitan dengan personal branding supaya kita punya ciri khas,” jelas Khairina.
Terlepas dari itu, menurut Habel dan Khairina, kiat utama dalam produksi konten media sosial sejatinya adalah konsistensi. Apabila konten diunggah secara teratur, pengikut (followers) memiliki alasan untuk kembali mengunjungi sebuah akun. Hal itulah yang kemudian meningkatkan angka keterlibatan.
Sementara itu, Akbar menjelaskan formula REACH sebagai kiat komunikasi efektif dalam meningkatkan kemampuan berbahasa. Formula pertama adalah Respect, yaitu menghormati orang yang sedang berbicara.
Kedua, Empathy, yaitu memosisikan diri sebagai orang lain. Menurut Akbar, “Kadang-kadang ada yang lupa. Kita tidak memasukkan kaki kita pada sepatu orang lain sehingga kadang berkomentar ke mana-mana.”
Akbar melanjutkan, formula yang keempat adalah Audible. Artinya pesan yang disampaikan dapat didengar oleh orang lain. Kelima, Clarify atau kejelasan materi yang disampaikan. Terakhir, Humble atau rendah hati.
“Pada Audible, sebenarnya ada empat hal yang perlu kita pegang. Pertama, kecepatan, bicara dengan tenang dan tidak terlalu cepat. Kemudian, power, bertenaga dan antusias saat berbicara. Lalu, ada artikulasi. Jangan lupa [untuk] terdengar jelas. Terakhir, mempunyai intonasi suara yang beragam,” jabarnya.
Akbar juga menyampaikan pentingnya bahasa tubuh ketika berkomunikasi. Bahasa tubuh, kata Akbar, dapat menambah kejelasan pesan yang disampaikan. Namun, perlu diperhatikan bahwa penggunaannya tidak terlalu berlebihan.
Untuk menutup gelar wicara pada malam itu, Octavianus Bima Wibowo, Duta Jenama Narabahasa dan moderator, merangkum keseluruhan pembahasan. Setelah itu, Salfa Azizah, Duta Bahasa Pelajar Jawa Barat 2020 dan pembawa acara, mengakhiri dengan pantun.
Penulis: Fath Putra Mulya
Penyunting: Harrits Rizqi
Bagaimana tanggapan Kerabat Nara?
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Artikel & Berita Terbaru
- Bahan Pertimbangan sebelum Mengirim Artikel ke Jurnal
- Bjir dan Bjrot
- Penulisan Infografik yang Mencakup Semua Hal
- Berbahasa Indonesia, Sulit atau Mudah?
- Pola Frasa dalam Bahasa Kita
- Kelas Perdana Penulisan Skenario dalam Produksi Video
- Penulisan Mikrokopi UX yang Ramah Pengguna
- Kiat Penyusunan Dokumen untuk Konsultan Proxsis
- Penyunting yang Tak Sama dengan Penguji Baca
- Mengenal Penulisan Artikel dan Esai Lebih Dalam
- Kiat Lancar Berbicara di Depan Umum ala Suci Patia
- Tanggung Jawab Besar Staf Admin Kantor Perwakilan BEI