
Belajar Tiga Langkah Menulis Karya Ilmiah dalam KDP Narabahasa
Terdapat tiga langkah utama dalam penulisan karya ilmiah. Hal tersebut dijabarkan secara terperinci oleh Felicia Nuradi Utorodewo, Dosen FIB UI dan Widyaiswara Narabahasa, dalam Kelas Daring Praktis (KDP) bertajuk “Kiat Menulis Karya Ilmiah” pada Senin, 28 Februari 2022.
Karya ilmiah sejatinya berbeda dengan karya tulis lainnya. Menurut Felicia, ciri khas karya ilmiah terletak pada penyusunan yang sistematis, penggunaan bahasa yang baku, serta pemanfaatan fakta dan teori sebagai dukungan. “Kita merangkai gagasan, mendeskripsikan suatu peristiwa, dan menjelaskannya. Kita juga menyelesaikan sebuah masalah yang kita susun secara sistematis,” katanya.
Sebuah karya ilmiah harus dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan kebenarannya. Untuk membuktikan keilmiahannya, tulisan tersebut harus memenuhi standar keilmiahan, yaitu empiris dan objektif. “Jadi, bukan sudut pandang si peneliti sendiri, ya. Jadi, betul dapat dibuktikan secara teoretis maupun secara dukungan fakta,” terang Felicia.
Lebih lanjut, Felicia menjelaskan tiga langkah dalam menulis karya ilmiah. Langkah yang pertama ialah prapenulisan. “Prapenulisan ini penting sekali. Kadang-kadang, agak lama kita persiapkan,” katanya. Hal itu karena prapenulisan merupakan fondasi yang akan menentukan bagaimana penulisan karya ilmiah akan berjalan.
Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan pada tahap prapenulisan ialah memilih topik, menentukan tujuan, merumuskan tema, dan merancang judul. Felicia menegaskan, topik yang dipilih sebaiknya sesuai dengan keinginan dan ketertarikan penulis. Setelah itu, barulah penulis menentukan apa yang akan diteliti dari topik tersebut dengan menetapkan tujuan penelitian.
Apabila ingin membahas topik yang sudah pernah diteliti, penulis harus mencari sudut pandang yang baru. Menurut Felicia, topik yang sama masih bisa diteliti apabila sudut pandang yang digunakan berbeda dan memberikan unsur kebaruan dalam karya ilmiahnya. “Kita harus mencari beberapa hal yang berkaitan dengan aktualisasi, apa kebaruannya. Kita harus mencari sudut pandang yang baru,” ucapnya.
Topik dan tujuan yang telah ditentukan tersebut selanjutnya dirangkai menjadi satu kalimat utuh. Hal itulah yang dikenal dengan perumusan tema atau tesis. Kemudian, penulis dapat merancang judul karya ilmiahnya dengan berpedoman pada relevansinya atas isi tulisan.
“Dari tesis yang sudah disusun menjadi sebuah kalimat, kita dapat membuat judul yang isinya adalah miniatur isi yang sifatnya ringkas, menarik, dan relevan dengan isinya,” ujar Felicia.
Setelah merampungkan prapenulisan, langkah selanjutnya ialah penulisan draf. Penulisan draf karya ilmiah dapat dimulai dengan menyusun kerangka ilmiah sementara. Penulis mulai merumuskan pola apa yang cocok untuk mengurutkan gagasan penelitian.
Penulisan draf dilanjutkan dengan analisis data penelitian. Analisis dimulai dari memilah data berdasarkan ciri-cirinya. “Ciri-ciri itu didapatkan dari teori,” imbuh Felicia. Setelah itu, data dikelompokkan atau dikategorisasikan berdasarkan kebutuhan penelitian. Data kemudian dianalisis secara kuantitatif, kualitatif, atau gabungan dua metode tersebut.
Langkah selanjutnya dalam menulis karya ilmiah ialah pemformatan. Felicia menyebutkan bahwa format karya ilmiah pada umumnya mengikuti panduan format ISO 5966. Berdasarkan panduan tersebut, format karya ilmiah terdiri atas bagian awal yang berisi judul, nama penulis, abstrak, dan kata kunci. Kemudian, bagian isi memuat pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi, analisis dan hasil, serta kesimpulan dan saran. Sementara itu, bagian akhir terdiri atas ucapan terima kasih, daftar pustaka, lampiran, dan daftar riwayat hidup.
“Menulis itu seperti wangsit, ya. Datang seperti badai lalu kita mengetik. Kemudian, setelah itu selesai, baru kita baca ulang. Pada waktu kita baca ulang, sekaligus kita merapikan formatnya,” pesan Felicia kepada peserta kelas.
Penulis: Fath Putra Mulya
Penyunting: Harrits Rizqi
Bagaimana tanggapan Kerabat Nara?
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Artikel & Berita Terbaru
- Keterampilan yang Dibutuhkan Penulis Wara
- Empat Unsur Gramatika sebagai Kunci Kemampuan Menata Tulisan
- Bahan Pertimbangan sebelum Mengirim Artikel ke Jurnal
- Bjir dan Bjrot
- Penulisan Infografik yang Mencakup Semua Hal
- Berbahasa Indonesia, Sulit atau Mudah?
- Pola Frasa dalam Bahasa Kita
- Kelas Perdana Penulisan Skenario dalam Produksi Video
- Penulisan Mikrokopi UX yang Ramah Pengguna
- Kiat Penyusunan Dokumen untuk Konsultan Proxsis
- Penyunting yang Tak Sama dengan Penguji Baca
- Mengenal Penulisan Artikel dan Esai Lebih Dalam