Belajar Peka ala Reda Gaudiamo
Mayoritas Kerabat Nara mengetahui bahwa penciptaan karya yang dilakukan Reda Gaudiamo dapat menghangatkan hati; dalam bentuk bukunya yang mayoritas buku anak, kumpulan cerpennya, maupun karya musiknya. Narabahasa berkesempatan mengobrol-ngobrol dengan Reda Gaudiamo pada “Kinara: Bagaimana Saya Menulis”, 11 Juni 2023 lalu.
Melalui Kinara, Reda Gaudiamo menceritakan bahwa aktivitas hariannya sekarang bukan lagi hanya menyanyi—seperti yang umumnya dikenal khalayak, melainkan mengajar kelas menulis. Di antara itu, Reda Gaudiamo juga masih aktif mengisi acara di beberapa kesempatan.
Pertanyaan pada malam Kinara tersebut dibuka dengan bagaimana kisah Reda Gaudiamo menulis Na Willa. Jawabannya ternyata cukup personal. Ia menceritakan anaknya melontarkan pertanyaan mengejutkan. Saat itu, anak dari Reda Gaudiamo yang masih berumur 4 atau 5 tahun, mempertanyakan agamanya. Tentu, sebagai ibu, pertanyaan tersebut dapat memupuk pertanyaan dan keheranan, “Mengapa anak saya merasa perlu mengetahui agamanya?” Peristiwa itu akhirnya dikemas Reda Gaudiamo menjadi sebuah cerita yang menjawab bagaimana anak-anak melihat hal-hal seperti itu. Reda Gaudiamo berharap, lewat Na Willa, ia dapat mengantarkan pesan kepada orang tua untuk menjadikan anak-anaknya tetap menjadi anak-anak: bersenang hati dan bermain tanpa harus dibentengi pertanyaan dan kekhawatiran tentang agama, golongan, ras, suku, dan sebagainya. Anak-anak ternyata selalu menjadi perhatian Reda Gaudiamo. Sebelum Na Willa, Aku, Meps, dan Bebs juga ditulis bersama anak semata wayangnya.
Sejak umur 24, Reda Gaudiamo berprofesi sebagai pegawai kantor (pernah bekerja sebagai wartawan, penulis wara di beberapa agensi, chief editor, publisher, hingga corporate communication), dan akhirnya memutuskan menulis purnawaktu pada 2018. Ide yang tumbuh dari kepala Reda Gaudiamo selalu dari hal-hal yang mengitarinya. Ia memberi contoh dengan kaus kaki yang sedang dipakainya. Kaus kaki yang hanya terlihat sebelah itu barangkali dapat merindukan pasangannya. Seakan mengajak kita merasa lebih dalam, Reda Gaudiamo berandai-andai tentang perasaan sandal jepit kesayangannya yang putus karena sudah dipakai terlalu lama. Tentu sandal jepit itu akan dibuang dan tidak dapat dipakai kembali. Namun, apakah ia akan merasa sedih atau senang karena sudah lepas dari kelelahan? Kemudian, bagaimana nasib pasangannya—yang tidak salah apa-apa dan masih bisa dipakai?
Reda Gaudiamo pandai menangkap ide sederhana dan mengolahnya menjadi karya yang berdampak bagi orang banyak.
Penulis: Thesa Nurmanarina
Artikel & Berita Terbaru
- Tabah ke-145 bersama Alfan, Harapan III Duta Bahasa Nasional 2023
- Pelatihan Griyaan untuk DJKI: Belajar Menulis Berita yang Efektif
- Hadapi Tantangan Menyusun Laporan Tahunan bersama Narabahasa
- Tabah ke-144 bersama Luthfi, Harapan II Duta Bahasa Nasional 2023
- Dua Pekan Lagi Bulan Bahasa dan Sastra
- Griyaan Penulisan Wara Narabahasa untuk Kemenkeu
- Tabah ke-143 bersama Arianti, Harapan II Duta Bahasa 2023
- Bagaimana Anak Memperoleh Keterampilan Berbahasa?
- KDP Hadir Kembali: Kerinduan yang Sedikit Terobati
- Kreasi Konten Media Sosial Finalis Dubasnas 2024
- Menelisik Peran Nama pada Tempat melalui Kajian Toponimi
- Nilai Religius Ungkapan Kematian