Kelas Daring Praktis (KDP) Narabahasa bertajuk “Kiat Menulis Berita dan Siaran Pers” telah dilaksanakan pada Senin, 28 Maret 2022. Kelas tersebut membahas tiga bagian besar dalam penulisan berita dan siaran pers, yakni karakteristik, penyusunan, dan laras bahasa. Ivan Lanin, Direktur Utama Narabahasa, bertugas sebagai widyaiswara. 

“Sering kali, begitu mulai menulis [berita dan siaran pers], terlihat bahwa gaya tulisannya seperti gaya menulis laporan untuk kantor. Padahal, berita atau tulisan yang dikirimkan kepada media atau publik itu berbeda caranya,” ujar Ivan sebelum memaparkan materi.

Ivan kemudian membuka kelas dengan materi karakteristik jurnalistik. Ia menyoroti pengertian jurnalistik dan jurnalisme. Ivan menjelaskan, kedua istilah tersebut memiliki arti ‘pekerjaan mengumpulkan dan menulis berita di media massa’. Munculnya kedua istilah tersebut berkaitan dengan sejarah bahasa Indonesia yang banyak menyerap bahasa lain. Dalam hal ini, jurnalistik diserap dari bahasa Belanda, sedangkan jurnalisme dari bahasa Inggris.

“Kenapa muncul pertanyaan apa bedanya jurnalistik dan jurnalisme? Sebenarnya itu berkaitan dengan sejarah bahasa. Kita menyerap dari berbagai sumber. Ini yang membuat kadang-kadang kita memiliki duplikasi dari bahasa yang kita punya,” kata Ivan.

Kemudian, Ivan memaparkan produk jurnalistik. Hal itu dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu berita dan opini. Kedua produk ini mempunyai jenis tulisan yang berbeda. Berita terdiri atas berita langsung (straight), khas (feature), mendalam (in-depth), dan investigatif. Sementara, opini terdiri atas editorial (opini resmi dari media), artikel, dan esai.

“Produk jurnalisme dapat kita bagi menjadi dua bagian besar. Dalam bahasa Inggris, ini disebut news and views,” ujar Ivan.

Siaran pers juga termasuk dalam produk jurnalistik. Kendati siaran pers tidak ditulis oleh wartawan, isi dan tujuan dari tulisan tersebut sama dengan produk jurnalistik lainnya, yakni menggunakan bahasa populer, meliput suatu peristiwa, dan memiliki tujuan untuk masyarakat luas.

“Siaran pers ini masuk produk jurnalistik walaupun tidak dibuat oleh wartawan. Kenapa ini masuk produk jurnalistik? Dari segi isi dan tujuan, ini mirip dengan produk-produk jurnalistik yang lain,” jelas Ivan.

Kemudian, Ivan menjelaskan penyusunan berita dan siaran pers. Menurutnya, ada empat tahap penyusunan, yaitu perencanaan, peliputan, penulisan, dan penyuntingan. 

“Ketika kita menulis apa pun, pada dasarnya kita melakukan proses menulis yang terdiri atas tiga tahap. Khusus untuk penulisan berita, kita menyelipkan satu tahap tambahan yang disebut dengan peliputan. Ini adalah kekhasan dari karya jurnalistik,” terangnya.

Pada sesi terakhir kelas itu, Ivan mengingatkan peserta kelas terkait tataran bahasa. Pertama, pada tataran wacana, kerangka pikiran dituangkan dengan lengkap. Kedua, pada tataran paragraf, tiap pokok bagian dikembangkan secara utuh. Ketiga, kalimat dirangkai dengan efektif. Keempat, kata yang tepat dan serasi dipilih. Kelima, huruf, kata, dan tanda baca dirapikan.

“Contoh, siaran pers tentang penerbitan sebuah aturan baru. Kita cari dulu pesan apa yang ingin disampaikan. Kemudian, kita membagi paragraf-paragraf, merangkai kalimat efektif, memilih kata yang tepat dan serasi, dan terakhir [menertibkan] ejaan,” jelasnya.

Penulis : Fath Putra Mulya
Penyunting : Harrits Rizqi