Ika Natassa, yang beberapa karyanya sudah dialihwahanakan menjadi film, hadir membagikan tips menulis—dan merasa—pada “Kinara: Bagaimana Saya Menulis”, 13 Mei 2023. Dimoderatori oleh Fatimah Tyas, episode ke-20 Kinara berjalan dengan rasa yang hangat didengar.
Kak Ika, sapaan akrab Ika Natassa, sudah bermimpi menjadi penulis sejak sekolah dasar. Mimpinya terwujud pada 2006. Hingga kini, ia sudah menerbitkan puluhan buku. Kecintaannya pada buku juga dibuktikan dengan mendirikan LitBox sepuluh tahun lalu. Melalui LitBox, Kak Ika merekomendasikan buku bagi para pembaca dan membantu para penulis dalam membagikan karya mereka.
Meski sedang dalam masa pemulihan pascasakit dan cuaca kota tempat tinggalnya saat itu terasa panas, Kak Ika menyapa dengan manis Kinara sore itu. Obrolan dimulai dengan cerita Kak Ika yang sukar menjelaskan alasannya senang menulis. Yang jelas, kegemarannya pada buku dimulai sejak kecil—bahkan sejak ia belum bisa membaca. Menurutnya, ada perasaan magis yang tak dapat dijelaskan dari menulis dan membaca buku. Hingga ia menjadi pekerja bank, rasa magis terhadap buku, membaca, dan menulis masih terjaga.
“Writer is a magician, in a way.” Begitu menurut Kak Ika.
Kak Ika melanjutkan, cerita pengalamannya menulis dilandasi kepercayaan bahwa keterbatasan pengalaman tidak menjadi batasan dalam menulis topik-topik yang belum pernah dialami. Misalnya, pengalaman menjadi perempuan yang tak mungkin dialami laki-laki. Bukan tidak mungkin seorang laki-laki atau perempuan lajang “meminjam” perasaan dari perempuan yang sudah pernah melahirkan dan mempunyai anak. Contoh lain, pada buku Kak Ika Heartbreak Motel (2022), tokoh utamanya adalah seorang aktris, yang pengalamannya tentu tidak lazim dialami seorang penulis. Kak Ika dapat memahami perasaan-perasaan tersebut dengan mengobrol dengan para aktris atau aktor.
Pada akhirnya, cara-cara untuk mengembangkan ide dan meminjam perasaan ke dalam penulisan itu beragam. Kak Ika dapat mencari referensi dari mengobrol, menonton film, menonton wawancara, membaca, dan sebagainya.
Penulis: Thesa Nurmanarina