Dalam rangka HUT ke-6 Iprahumas (Ikatan Pranata Humas Indonesia), Narabahasa dan Iprahumas mengadakan webinar Ngopi (Ngobrol Pintar) Vol. 5 pada Minggu, 5 September 2021, melalui ruang Zoom. Webinar yang dihadiri lebih dari seratus peserta itu mengusung judul Kupas Tuntas Jurus Jitu Humas: Bahasa Baku Tak Kaku”. Acara tersebut membahas penggunaan bahasa Indonesia yang baku tidak kaku dalam media sosial pemerintahan serta strategi agar konten media sosial pemerintahan bisa viral.

Ngopi Vol. 5 dilaksanakan selama satu jam setengah dengan menghadirkan dua narasumber, yaitu Ivan Lanin (Direktur Utama Narabahasa) dan Farchan Noor Rachman (Spesialis Media Sosial Direktorat Jenderal Pajak), serta seorang moderator, yaitu Lizzatul Farhatiningsih (Pranata Humas Ahli Kementerian Perdagangan RI). Kedua narasumber tersebut memaparkan materi mengenai media sosial dari sudut pandang yang berbeda.

Ivan menjabarkan kiat-kiat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tetapi tidak kaku dalam bermedia sosial. “Cara yang pertama adalah memperhatikan wacana. Ketika kita menyampaikan wacana, berikan sentuhan personal, seperti hiburan dan inspirasi. Cara kedua adalah menyusun kalimat. Pola kalimat yang digunakan harus lebih lentur dengan cara mengurangi keterangan atau anak kalimat yang terletak pada bagian awal kalimat. Cara ketiga adalah menggunakan diksi yang lebih lentur. Cara keempat dan kelima adalah menggunakan sapaan dan kata seru untuk membuat tulisan menjadi lebih lunak. Terakhir, kita bisa menggunakan emoji, stiker, atau meme. Budaya media sosial sangat mengizinkan alat komunikasi tersebut untuk membuat apa yang kita sampaikan menjadi lebih personal,” ujar Ivan.

Berbeda dengan Ivan, Farchan menerangkan kiat-kiat agar konten media sosial pemerintahan bisa viral dan menarik banyak audiens dengan mengacu pada akun Direktorat Jenderal Pajak. “Pertama, kami melakukan personifikasi akun media sosial DJP menjadi muda, berenergi, dan ringan tangan. Kedua, kami mengembangkan narasi dengan cara menggunakan kalimat yang lebih halus dalam takarir yang kami gunakan. Ketiga, kami menggunakan tohokan di awal untuk menarik perhatian audiens sejak awal. Terakhir, kami menggunakan AIDA (awareness, interest, desire, action) dalam takarir,” jelas Farchan.

Kolaborasi dalam penyelenggaraan acara ini diharapkan dapat mempererat relasi kedua pihak sekaligus memberikan edukasi terkait penggunaan bahasa Indonesia yang tidak kaku dalam bermedia sosial dan pembuatan konten yang berpotensi viral di media sosial.