Pada Dasarnya Kita adalah Pelupa
Lupa merupakan kata kerja. Lantas, saat kita melupakan sesuatu, apakah bisa dikatakan kita sedang bekerja? Mungkin jawabannya iya ketika yang kita lupakan adalah dia yang menghilang tanpa kabar. Abaikan pertanyaan saya itu, Kerabat Nara. Pada tulisan ini saya ingin menguraikan penyebab kita melupakan sesuatu dan kiat untuk mengatasinya.
Setiawati Darmojuwono dan Kushartanti dalam Pesona Bahasa (2009: 21) mengatakan bahwa kita dapat menjadi lupa ketika ada intervensi dalam proses mengingat. Misal, kita sedang menghafal teori, lalu ada seorang teman yang tiba-tiba menelepon kita, tentu perhatian kita menjadi teralihkan dan hal yang sedang kita hafal akan menghilang secepat kilat. Panggilan telepon dari teman tersebut merupakan bentuk intervensi yang mengganggu proses kita menghafal teori. Hal yang dibicarakan dalam panggilan telepon dan teori yang sedang kita hafal “bersaing” dalam benak kita. Sederhananya, begitulah penyebab kita menjadi lupa.
Saat memulai paragraf ketiga ini, saya menjadi lewah pikir. Selama ini saya kerap melupakan banyak hal. Bahkan, saking seringnya saya lupa, saya hampir selalu meninggalkan (dan menghilangkan) barang di banyak tempat. Saya lantas membuat dugaan, apakah berarti selama ini terlalu banyak intervensi dalam hidup saya sehingga saya mudah melupakan banyak hal? Tidak perlu dijawab, Kerabat Nara. Namun, jika Kerabat Nara mengalami hal serupa, Kerabat Nara perlu menggali jenis intervensi dalam hidup Kerabat Nara demi masa depan yang lebih cerah.
Selain adanya intervensi, kita juga dapat lupa seiring dengan berjalannya waktu sebab kita memiliki jenis memori jangka pendek. Secara bertahap, kita akan melupakan sesuatu yang menurut kita tidak penting. Itulah yang menyebabkan kita perlu waktu untuk beranjak (move on). Dari hari ke hari kita akan menganggap mantan dan segala hal yang berkaitan dengannya tidak penting sehingga kita bisa melupakannya.
Sebenarnya, setiap orang memiliki caranya sendiri untuk mengingat. Salah satu cara untuk mengingat tersebut ialah dengan mnemonik. Kita mungkin lebih akrab dengan istilah jembatan keledai alih-alih mnemonik. Nah, berikut ini beberapa jenis jembatan keledai yang bisa kita praktikkan untuk mengingat sesuatu.
1. Urutan kategorial
Kita dapat mengelompokkan hal-hal yang perlu kita ingat sesuai urutan kategorinya. Misal, kita ingin menghafal sejumlah negara yang ada di dunia. Kita bisa mulai dengan membaginya menjadi lima kelompok, yaitu Asia, Afrika, Amerika, Eropa, dan Australia.
2. Gambaran
Bagi Kerabat Nara yang merupakan tipe visual, cara yang kedua ini akan membantu. Misal, kita ingin menghafal sejumlah benda. Kita bisa membuat ilustrasi dari tiap benda tersebut.
3. Akronim
Cara yang ketiga ini dapat dipraktikkan saat kita perlu mengingat daftar istilah. Kita bisa membuat akronim untuk diri kita sendiri atau akronim yang umum diketahui, seperti mejikuhibiniu yang merupakan akronim dari daftar warna pelangi. Akronim tersebut dibentuk dari daftar urutan kata merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
4. Akrostik
Sama seperti cara yang ketiga, akrostik ini juga dapat kita ciptakan untuk mengingat sejumlah istilah. Namun, perbedaannya dengan cara ketiga, wujud akrostik berupa kalimat. Misal, kita ingin mengingat ragam bahasa yang terdiri atas intim, santai, konsultatif, resmi, dan beku. Kita bisa membuat kalimat yang tiap katanya diawali dengan huruf yang sama dengan istilah yang hendak kita ingat, seperti Ini sarung kaki Rima bau.
5. Sistem kata kunci
Kita bisa menggunakan sistem kata kunci yang lebih akrab dengan kehidupan kita sehari-hari untuk mengingat sebuah konsep. Misal, ketika kita ingin mengingat kata cemeng (Jawa) ‘anak kucing’, kita bisa mengasosiasikannya dengan onomatope meong.
Semoga lima cara di atas dapat bermanfaat bagi Kerabat Nara dalam mengingat suatu konsep. Namun, sebaik apa pun kita mengingat, hal-hal yang buruk tetap perlu Kerabat Nara lupakan, lo, ya. Mari beranjak.
Referensi:
Kushartanti, dkk. 2009. Pesona Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Penulis: Dessy Irawan
Penyunting: Ivan Lanin
Daftar Tag:
Artikel & Berita Terbaru
- Perbedaan Pantomim dan Mime
- Tabah ke-145 bersama Alfan, Harapan III Duta Bahasa Nasional 2023
- Pelatihan Griyaan untuk DJKI: Belajar Menulis Berita yang Efektif
- Hadapi Tantangan Menyusun Laporan Tahunan bersama Narabahasa
- Tabah ke-144 bersama Luthfi, Harapan II Duta Bahasa Nasional 2023
- Dua Pekan Lagi Bulan Bahasa dan Sastra
- Griyaan Penulisan Wara Narabahasa untuk Kemenkeu
- Tabah ke-143 bersama Arianti, Harapan II Duta Bahasa 2023
- Bagaimana Anak Memperoleh Keterampilan Berbahasa?
- KDP Hadir Kembali: Kerinduan yang Sedikit Terobati
- Kreasi Konten Media Sosial Finalis Dubasnas 2024
- Menelisik Peran Nama pada Tempat melalui Kajian Toponimi