Lisan Episode Ke-28: Bahasa sebagai Pembentuk Kebudayaan

oleh Narabahasa

Program Selisik Kebahasaan (Lisan) kembali hadir pada Rabu, 29 Oktober 2025. Episode ke-28 ini membahas “Antropolinguistik: Menenun Kisah, Menjalin Tutur” dengan narasumber Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. (Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara) yang dimoderatori oleh Dita Sabariah.

Dalam paparannya, Prof. Robert menjelaskan bahwa antropolinguistik merupakan bidang interdisipliner yang mempelajari hubungan antara bahasa dalam konteks antropologi, kebudayaan dalam konteks linguistik, dan aspek kehidupan manusia dalam konteks linguistik dan antropologi.

Ia juga menjelaskan bahwa Indonesia dengan ratusan bahasa daerahnya memiliki kekayaan identitas budaya yang luar biasa. “Bahasa adalah agen dan rumah kebudayaan. Mempelajari bahasa dan berbahasa artinya mempelajari budaya dan praktik budaya,” ujarnya.

Menurut Prof. Robert, bahasa berfungsi sebagai pembentuk identitas, nilai, dan norma. Selain itu, bahasa juga hidup dalam praktik sosial, seperti ritual, tradisi, dan pertunjukan budaya. Ia mencontohkan penggunaan pantun dalam upacara adat sebagai bentuk cultural code dan cultural performance. “Bahasa juga memperkuat relasi sosial. Inilah yang disebut bahasa sebagai pembentuk kebudayaan,” jelasnya.

Dalam antropolinguistik, bahasa berperan sebagai perekam sejarah dan arsip hidup masyarakat. “Kajian bahasa bisa juga dimanfaatkan untuk mengarsipkan seluruh hal yang berkaitan dengan seluk-beluk kehidupan, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa daerah. Minimal, arsip itu tetap hidup dalam pikiran dan ingatan masyarakat.”

Prof. Robert juga menyoroti pentingnya transformasi bahasa di era digital. Ia mengingatkan agar budaya yang disampaikan secara lisan dan tertulis tidak hilang di tengah era digital. “Lisan dan tulisan sangat perlu, tetapi kehidupan sekarang harus juga berkembang di era digital. Itulah yang disebut bahasa sebagai perekam sejarah,” ujarnya.

Selain menjadi arsip sejarah, bahasa juga disebut sebagai lensa berpikir yang membentuk cara pandang manusia terhadap dunia serta membentuk kategori, nilai, waktu, dan identitas. “Makin banyak bahasa yang kita kuasai, makin terbuka pikiran kita,” ujarnya.

Seusai pemaparan, Prof. Robert menjawab beragam pertanyaan yang diberikan dari peserta. Ia menjelaskan bahwa hubungan antara bahasa dan cara pandang manusia juga bersifat keterbalikan. “Cara pandang yang berbeda dapat memengaruhi bahasa kita. Bahasa juga dapat membentuk cara pandang kita terhadap sesuatu,” jelasnya.

Ia juga menjelaskan perbedaan antara antropolinguistik dan sosiolinguistik. Antropolinguistik mempelajari bahasa yang fokus pada hubungan bahasa dan kebudayaan, sedangkan sosiolinguistik melihat bahasa dalam konteks hubungan bahasa dengan variabel sosial.

Sebagai penutup, Prof. Robert menyampaikan pentingnya bahasa jika dilihat dari perspektif antropolinguistik. “Bahasa adalah agen pembentuk kebudayaan, arsip sejarah penyimpan memori peradaban, dan arsitek pembentuk cara pandang manusia,” ungkapnya.

 

Penulis: Yuhaenida Meilani

Penyunting: Rifka Az-zahra

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar