Pelatihan Narabahasa bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) digelar pada Kamis, 9 Oktober 2025. Berlokasi di Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), kegiatan ini mengusung topik “Keterampilan Berbahasa untuk Layanan Pengguna” yang diikuti oleh 27 peserta dari berbagai unit LPDP, mulai dari Penyaluran, Monev, Komunikasi, hingga Teknologi Informasi.
Sebagai lembaga yang mengelola dana pendidikan, LPDP memiliki peran penting dalam menyalurkan beasiswa kepada penerimanya. Para peserta pelatihan ini berasal dari berbagai divisi yang menangani tahapan-tahapan beasiswa, mulai dari pendaftaran, seleksi, keberangkatan, pelaksanaan pendidikan, hingga pengabdian dan menjadi alumni. Setiap tahapan memiliki tantangannya sendiri, seperti keterlambatan administrasi, kendala keberangkatan, maupun perbedaan persepsi mengenai komponen biaya yang dapat dibiayai dan tidak.
Materi yang dibawakan dalam pelatihan ini berfokus pada komunikasi layanan pelanggan. Ivan Lanin sebagai widyaiswara menjelaskan bahwa komunikasi layanan dapat dibedakan berdasarkan mode, yaitu tatap muka (luring atau daring), telepon, obrolan tertulis (melalui WhatsApp atau media sosial), serta surel. Keempat mode tersebut memiliki perbedaan dalam penggunaan bahasa verbal dan nonverbal dengan tingkat keformalan yang makin meningkat pada komunikasi melalui surel.
Menariknya, para peserta juga membagikan berbagai isu yang mereka hadapi saat melayani penerima beasiswa. Banyak yang mengaku sering menerima pesan pribadi berisi keluhan emosional dari penerima beasiswa, bahkan hingga masalah pribadi di luar urusan administrasi.
Salah satu peserta menuturkan bahwa ada juga yang bercerita tentang kondisi mental, padahal LPDP hanya mengurusi beasiswa. Beberapa contoh pesan yang dibahas menunjukkan bagaimana petugas LPDP menanggapi aneka pesan tersebut. “Tantangan terbesarnya adalah bagaimana menyeimbangkan antara menjaga kesehatan mental dan tetap tegas dalam pelayanan,” ujar Ivan.
Ivan menjelaskan pentingnya bahasa yang simpatik dalam komunikasi layanan. Ia menyampaikan bahwa bahasa bukan sekadar alat, melainkan juga cermin budi dan kepedulian. Melalui pelatihan ini, para peserta diharapkan dapat menerapkan bahasa yang efektif, santun, dan simpatik dalam setiap interaksi dengan penerima manfaat LPDP.
Penulis: Yuhaenida Meilani
Penyunting: Rifka Az-zahra
