Ketika melakukan eksplorasi bahasa, kita akan lebih mudah memahami konteks jika kata-kata yang tersusun dapat terbaca dengan baik. Dalam hal ini, sintaksis muncul sebagai cabang linguistik yang mengatur keharmonisan konstruksi tersebut. Sintaksis memusatkan perhatian pada susunan kata dalam frasa, klausa, dan kalimat, menciptakan struktur yang tidak hanya gramatikal, tetapi juga bermakna. Penguasaan sintaksis, dengan segala kompleksitasnya, menjadi kunci utama dalam seni menyampaikan pesan dengan variasi yang mendalam dan lebih bisa diterima.
Melihat esensi dari sintaksis, Narabahasa menggelar acara Selisik Kebahasaan (Lisan) ke-15 yang bertajuk “Sintaksis Tipis-tipis” pada tanggal 8 Desember 2023. Menggandeng Benedictus Bherman Dwijatmoko sebagai widyaiswara, diskusi yang berlangsung selama satu jam di kanal YouTube Narabahasa ini menyoroti pentingnya penguasaan kosakata dan pemilihan kata yang baik. Tanpa pemahaman tersebut, kita mungkin tidak bisa menyatukan kata-kata menjadi sebuah frasa, klausa, atau kalimat yang sesuai pada konteks
Diskusi difokuskan pada pemahaman tentang inti, pewatas, pelengkap, dan penentu dalam sebuah konstruksi bahasa. Selain itu, Dwijatmoko membahas bagaimana unsur-unsur dalam suatu konstruksi dapat membentuk hubungan. Setidaknya ada empat hubungan jika kita mempelajari sintaksis, yaitu hubungan modifikasi, komplementasi, koordinasi, dan predikasi.
Guna memperjelas hubungan modifikasi, Dwijatmoko memberikan contoh konkret dengan mengurai frasa “rumah besar dan mewah di tepi sawah”. Di sini, “besar dan mewah” menjadi modifikasi dari kata rumah, sedangkan “di tepi sawah” menjelaskan lebih lanjut tentang lokasi rumah tersebut. Sementara itu, hubungan komplementasi dijelaskan melalui contoh “membuat kue kering dengan sabar”, yang mana “kue kering” menjadi pelengkap dari kata membuat. Hal ini mengilustrasikan pentingnya elemen tambahan untuk menjelaskan tindakan atau keadaan yang lebih spesifik.
Dalam hubungan koordinasi, Dwijatmoko menyebutkan bahwa kata penghubung seperti dan, tetapi, atau atau digunakan untuk menghubungkan dua entitas atau kelompok kata. Contohnya adalah “rumah besar dan mewah” yang merupakan hubungan koordinasi karena keduanya memiliki status yang sama. Terakhir, hubungan predikasi dijelaskan melalui contoh kalimat “Ibu membuat kue kering”, yang mana “Ibu” menjadi subjek dan “membuat kue kering” menjadi predikat sehingga terbentuk sebuah kesatuan yang utuh.
Pada sesi tanya jawab, salah seorang Kerabat Nara menanyakan tentang hubungan antara sintaksis dengan sikap penutur. Menurutnya, makin panjang kalimat yang disusun, makin terdengar sopan. Dwijatmoko mengafirmasi kesimpulan tersebut sekaligus menegaskan bahwa ragam bahasa dengan tutur formal cenderung memiliki kata-kata yang lebih panjang dan terstruktur sehingga sikap sopan dapat tecermin.
Dengan pemaparan yang komprehensif dari Dwijatmoko, acara Selisik Kebahasaan ke-15 Narabahasa diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam kepada Kerabat Nara tentang sintaksis.
Penulis: Sabrina Araminta
Penyunting: Rifka Az-zahra