Generasi Z, atau yang sering disebut Gen Z, memiliki pola bahasa yang menarik dan khas dalam upaya memudahkan komunikasi antar sesamanya. Mereka tidak segan-segan menggabungkan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia sehari-hari, menciptakan apa yang disebut sebagai “bahasa gaul”. Ini menjadi karakter bahasa Gen Z yang berbeda dengan generasi sebelumnya, seperti baby boomers, yang lebih memegang teguh kaidah bahasa Indonesia yang formal.

Dimoderatori oleh Ardi Darmawan, Maria Goreti Ana Kaka, co-creator development Narasi TV menjelaskan dalam gelar wicara “Kalau-kalau Bahasa Indonesia …” pada Sabtu, 21 Oktober 2023 tentang keunikan Gen Z dalam menggunakan slang sebagai sarana untuk mengekspresikan diri. Bahasa Indonesia yang dimodifikasi oleh Gen Z ini juga dijadikan tolok ukur kemampuan mereka dalam beradaptasi dengan perubahan zaman. 

Uu Suhardi yang juga hadir dalam siaran langsung itu menambahkan bahwa variasi bahasa gaul yang digunakan oleh Gen Z tidak selalu dipandang negatif. Banyak dari kosakata gaul ini bahkan telah resmi dimasukkan ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menggambarkan kontribusi positif Gen Z dalam memperkaya bahasa Indonesia itu sendiri

Bicara tentang masa depan bahasa Indonesia, kita dapat melihat pengaruh besar yang dimiliki media sosial. Sunu Wasono mengomentari penggunaan bahasa anak-anak muda di media sosial, yang sering kali mencerminkan kebebasan berekspresi mereka. Fenomena ini disebabkan oleh fasilitas media sosial yang memungkinkan siapa pun untuk bebas berpendapat, sesuatu yang tidak ditemukan pada era sebelumnya, ketika koran dengan redaktur yang melakukan seleksi menjadi satu-satunya media utama.

Anggap saja karakter bahasa Gen Z adalah sebuah bentuk festival, yang mana kita sedang merayakan kreativitas anak muda. Toh, pada akhirnya, bahasa menurut Rahmat Petuguran akan selalu menjadi “arena pertarungan” antargenerasi. Lumrah bila generasi tua lebih menekankan nilai-nilai kesantunan dan ketertiban berbahasa, sedangkan generasi muda cenderung mengutamakan kreativitas dan kebebasan berbahasa.

 

Penulis: Sabrina Araminta

Penyunting: Rifka Az-zahra