5 Hal Penting dari Listikel, Artikel Berbentuk Daftar

oleh Ivan Lanin

Pada salah satu sesi pertemuan daring, Kang Asep—calon widyaiswara Narabahasa yang asli Sunda, tetapi merantau ke Jepang—memperkenalkan istilah listicle. “Itu artikel berbentuk daftar yang banyak ditemukan di IDN Times,” ceunah (katanya). Pemantik dari Kang Asep itu membuat saya penasaran untuk menggali lebih lanjut jenis artikel tersebut. Kerabat Nara penasaran juga?

1. Populer berkat BuzzFeed dan IDN Times

Kata listicle dalam bahasa Inggris merupakan lakuran (portmanteau) dari kata list ‘daftar’ dan article ‘artikel’. Kita bisa menyerap bentuk pendeknya menjadi ‘listikel’ atau menerjemahkan bentuk panjangnya menjadi ‘artikel daftar’. Listikel adalah tulisan laras bahasa jurnalistik berupa artikel yang memuat rangkaian butir (item) yang ditampilkan sebagai sebuah daftar.

Menurut Maguire (2014), listikel cocok untuk platform internet dan dipopulerkan oleh BuzzFeed. Di situs itu, kita dapat menemukan listikel dalam beragam topik, dari gaya hidup sampai dengan liputan politik. Di Indonesia, sesuai dengan ucapan Kang Asep tadi, IDN Times secara umum menggunakan format listikel pada artikel-artikelnya (IDN Times Community 2021).

2. Ringan dan Mudah Dicerna

Listikel populer karena menyajikan informasi dengan ringan dan mudah dicerna. Itu karena tulisan pada listikel dibagi menjadi potongan-potongan. Listikel menyajikan informasi dalam beberapa butir utama dan selanjutnya mengelaborasi butir itu dalam ukuran yang mudah dilahap pembaca.

Muyassaroh (2019) menganjurkan untuk memilih topik listikel yang sederhana, dekat dengan keseharian, dan dialami banyak orang. Dia memberikan contoh topik tempat wisata idaman atau kuliner khas favorit. Kemudian, tiga bagian utama—pembuka, daftar, dan penutup—menguraikan informasi. Bagian daftar merupakan bagian utama tulisan yang terdiri atas beberapa butir.

3. Terpengaruh Angka Keberuntungan

Selain pemilihan topik, pemilihan jumlah butir pun memengaruhi daya tarik listikel. Berbagai rujukan pada umumnya menganjurkan untuk memilih angka ganjil daripada genap, misalnya 3, 5, 7, atau 9. Namun, angka 10 juga dianggap sebagai angka keberuntungan.

Pencantuman jumlah butir pada judul juga dapat menggaet minat pembaca. Jangan terlalu khawatir dengan aturan ejaan yang melarang pencantuman angka pada awal kalimat atau judul. Laras bahasa jurnalistik cukup permisif untuk hal itu.

Selain angka, kita juga dapat menyertakan kata kunci lain yang menarik pada judul. Pronomina persona yang melibatkan pembaca, seperti kamu, Anda, dan kita, atau kata yang agak lebai, seperti hebat, penting, dan idaman, niscaya menambah rasa ingin tahu orang. Yang mesti diingat, judul tidak boleh menipu dan harus terefleksikan pada isi listikel.

4. Memiliki Butir yang Berpola dan Mandiri

Butir pada listikel biasanya disusun berdasarkan pola tertentu, misalnya klimaks atau antiklimaks. Pola klimaks menempatkan butir dengan urutan yang meningkat nilainya dari awal sampai akhir, sedangkan pola antiklimaks kebalikannya. Pada artikel “11 Lagu Terenak Dinikmati Saat Galau”, misalnya, pola klimaks menempatkan lagu yang paling enak—menurut penulis—pada butir terakhir. Pola memudahkan pembaca meski dapat saja dibuat secara tersirat, bukan tersurat.

Jika tiap butir atau subjudul dapat dibaca lepas tanpa bergantung pada isi butir lain, pembaca lebih mudah menikmati tulisan. Inilah yang disebut dengan “butir mandiri”. Agar memadai, tiap butir dapat diisi dengan 1–3 paragraf yang masing-masing terdiri atas 3–5 kalimat. Jadi, jangan terlalu pendek dan jangan juga terlalu panjang.

5. Tetap Perlu Dibuka dan Ditutup

Kemandirian butir-butir listikel perlu dirangkai dengan pembuka dan penutup. Kedua bagian ini dapat dimasukkan ke dalam subjudul tersendiri, tetapi dapat juga tidak. Pembuka mengantarkan topik kepada pembaca, sedangkan penutup dapat memberikan simpulan atau inspirasi. Jika kita memakai subjudul, usahakan jangan beri judul standar, seperti “Pendahuluan” atau “Simpulan dan Saran”.

Semoga uraian hal-hal penting dari listikel di atas menjawab rasa penasaran Kerabat Nara. Namun, ingatlah bahwa ilmu yang baik adalah ilmu yang diterapkan. Sekarang, pikirkan topik yang menawan hati Kerabat Nara, misalnya lima kata terindah. Pilih butir-butirnya, kembangkan penjelasan untuk tiap butir, serta karang pembuka dan penutup. Buat listikel pertama Kerabat Nara. Yuk!

Rujukan

Penulis: Ivan Lanin

Penyunting: Harrits Rizqi

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar