Selamat Idulfitri, Selamat Lebaran

oleh Narabahasa

Tabik.

Setelah satu bulan berpuasa, kita tiba pada hari kemenangan. Dengan semangat hati yang suci, kata maaf pun saling diberikan, menandai dimulainya era baru kedamaian.

Namun, tahukah Kerabat Nara bahwa kita tak perlu merayakan Idulfitri dengan menyertakan frasa “hari raya”?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Idulfitri berarti ‘hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan’. Dalam pengertian tersebut, frasa “hari raya” telah turut disebutkan. Dengan demikian, Kerabat Nara tak perlu menulis “selamat hari raya Idulfitri” pada kartu ucapan. Hapus saja kata kedua dan ketiga, ya.

Kerabat Nara, perayaan Idulfitri tentu tak lepas dari kata yang sering digunakan di tengah masyarakat, yaitu Lebaran. Dalam KBBI, definisi Lebaran bersinonim dengan Idulfitri. Namun, dari mana sesungguhnya kata Lebaran itu berasal?

Situs web Narabahasa pernah memublikasikan pembahasan mengenai kata Lebaran. Dalam artikel “Asal-usul Kata ‘Lebaran'” yang ditulis oleh Yudhistira, kata Lebaran diyakini oleh sastrawan M.A. Salmun berasal dari tradisi agama Hindu dengan makna ‘selesai’ atau ‘habis’. Sementara itu, pada buku Lebaran dalam Bahasa Kita, Bakhrul Amal menuliskan bahwa kata itu berasal dari kata laburan, sebagaimana yang pernah dijelaskan oleh Mustofa Bisri atau Gus Mus. Laburan berkaitan dengan tradisi mengecat rumah (melabur) yang umum dilakukan kepala keluarga untuk menyambut Idulfitri.

Kerabat Nara, masih ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan awal mula munculnya kata Lebaran. Namun, yang paling umum tersebar adalah teori yang meyakini bahwa Lebaran berasal dari kata lebar dengan imbuhan -an. Dengan kata lain, Lebaran bermakna ‘makin lebar’, yang merujuk pada keikhlasan hati dan perasaan lapang dada. Pada hari kemenangan, hati kita memang diharapkan menjadi jauh lebih lebar dan lebih mampu menerima keadaan, khususnya saat bermaaf-maafan dengan teman dan keluarga.

Kalau menurut Kerabat Nara, teori mana yang paling masuk akal?

Selamat Idulfitri, ya, Kerabat Nara.

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar