Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Republik Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Proses evolusinya melibatkan pedoman-pedoman baru yang terus dikembangkan hingga saat ini. Namun, sering kali bahasa Indonesia masih dianggap sebagai sekadar penjenamaan ulang bahasa Melayu. Dengan kata lain, bahasa Indonesia tidak diakui sebagai bahasa tersendiri. Perdebatan terkait eksistensi bahasa Indonesia ini mengundang perhatian para pakar sejarah dan bahasa untuk membagikan pendapat-pendapatnya.
Melalui kanal YouTube Narabahasa, Yosef Kelik, seorang peneliti dari Museum Ullen Sentalu, membahas isu penamaan bahasa Indonesia dalam gelar wicara “Jendela Sediakala: Masa Lalu Bahasa Indonesia” pada Jumat, 13 Oktober 2023. Yosef menuturkan bahwa bahasa Indonesia adalah bagian dari bahasa Melayu jika dilihat dari perspektif linguistik. Namun, gagasan tersebut akan berbeda menurut sudut pandang ilmu politik. Nyatanya, ada teori tentang “komunitas terbayang”, yang mana sebuah bahasa boleh dinamai dengan bebas oleh mereka yang menggunakannya.
Masyarakat telah menggunakan dan mengembangkan bahasa Indonesia sejak sekitar 100 tahun yang lalu. Sejarah mencatat adanya prasasti Kerajaan Sriwijaya berbahasa Melayu Kuno yang ditemukan di wilayah Indonesia. Ini memberi alasan bagi masyarakat Indonesia untuk memberi nama baru pada bahasa yang bersumber dari bahasa Melayu. Dengan demikian, bahasa Indonesia dapat dikatakan layak menyandang namanya sendiri.
Penamaan bahasa Indonesia telah menjadi bagian dari identitas kebangsaan, bukan lagi masalah ilmu bahasa. Hal ini diafirmasi oleh Muhammad Umar Muslim, seorang dosen Prodi Indonesia di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia yang menekankan bahwa bahasa Indonesia adalah lambang persatuan masyarakat Indonesia.
Pada tahun 1824, terjadi pemisahan antara koloni Belanda dan Inggris yang mengakibatkan Johor menjadi bagian dari Malaysia, sedangkan Riau bergabung dengan Indonesia. Hal ini memungkinkan bahasa Melayu yang sebelumnya merupakan lingua franca di Indonesia berkembang menjadi bahasa Indonesia yang utuh. Meskipun berakar dari bahasa yang sama, perbedaan orientasi politik dan pengaruh bahasa lain di Malaysia maupun Indonesia menjadikan kedua negara ini memiliki corak bahasa Melayu yang berbeda sampai sekarang.
Secara keseluruhan, bahasa Indonesia bukan hanya sebuah sistem untuk berkomunikasi. Lebih dari itu, bahasa Indonesia dimaknai sebagai simbol persatuan dan identitas bangsa yang telah mengalami perkembangan yang kompleks dan menarik sepanjang sejarahnya.
Penulis: Sabrina Araminta
Penyunting: Rifka Az-zahra