Lisan Episode Ke-26: Pentingnya Kecakapan Sosial pada Anak

oleh Narabahasa

Program Selisik Kebahasaan (Lisan) episode ke-26 kembali hadir secara daring pada Rabu, 27 Agustus 2025. Kali ini, Narabahasa menghadirkan Dr. Bernadette Kushartanti, M.Hum., dosen Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, dengan topik “Bahasa, Anak, dan Kecakapan Sosial”.

Dalam paparannya, Dr. Bernadette menekankan pentingnya kecakapan sosial dalam berbahasa yang harus dipelajari anak sejak dini. Menurutnya, pemerolehan bahasa sebagai bahasa pertama dan pemelajaran bahasa secara formal di sekolah memiliki tujuan yang sama, yaitu membentuk kemampuan kognitif sekaligus kecakapan sosial anak.

“Sebagai makhluk sosial, kita memiliki keinginan untuk mengekspresikan apa yang diinginkan dan berbagi pengalaman. Namun, tanpa mitra tutur, bahasa itu tidak berkembang,” ujarnya.

Dr. Bernadette menjelaskan bahwa kecakapan sosiolinguistik merupakan bagian integral dalam pemerolehan bahasa. Anak perlu memahami konvensi berbahasa dalam komunitasnya agar dapat diterima sebagai anggota masyarakat.

Kemampuan sosiolinguistik ini mencakup penggunaan bahasa sesuai konteks, beradaptasi dengan situasi sosial, serta memahami ragam bahasa formal, informal, hingga kesantunan dalam berinteraksi.

Ia menambahkan, aspek kebahasaan yang perlu dikuasai anak meliputi bunyi, pembentukan kata, kalimat, wacana, hingga pragmatik. Selain itu, anak juga perlu belajar membedakan ragam bahasa yang digunakan dalam berbagai situasi. “Kesantunan seperti menyapa, mengucapkan salam, berterima kasih, atau bertanya juga merupakan kecakapan penting yang berbeda di tiap kelompoknya,” jelasnya.

Lingkungan juga sangat berpengaruh pada pemerolehan bahasa anak. Pengasuhan orang tua, hubungan dengan saudara, pengalaman sekolah, hingga media digital ikut membentuk cara anak menguasai bahasa dan membangun kecakapan sosialnya. Dalam konteks multilingual, anak juga belajar membedakan orang berdasarkan bahasa yang digunakan.

Salah satu pertanyaan menarik dalam sesi diskusi adalah mengenai pengaruh gawai (gadget) terhadap kecakapan sosial anak. Menanggapi hal itu, Dr. Bernadette menjelaskan perlunya aturan dan kesepakatan dalam keluarga. “Kita tidak bisa memusuhi gawai karena itu juga sarana belajar. Namun, bagaimana kita mengatur dan mengajari anak menggunakan gawai secara positif, itu [yang] menjadi tugas kita,” tuturnya.

Untuk menutup sesi, Dr. Bernadette menyampaikan pesan untuk Kerabat Nara. “Saya percaya anak-anak punya kemampuan untuk memperoleh kecakapan sosial, tetapi mereka perlu tuntunan. Kita harus menjadi contoh, tetapi juga terbuka dengan perkembangan zaman. Dengan begitu, anak-anak bisa diterima di lingkungannya dan memiliki kecakapan sosial yang utuh,” ungkapnya.

 

Penulis: Yuhaenida Meilani

Penyunting: Rifka Az-zahra

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar