Kinara (Kicauan Narabahasa) episode ke-56 kali ini membahas buku pengembangan diri (self-improvement) karya Alvi Syahrin dengan judul Sorry, My Younger Self, I Can’t Make You Happy. Diskusi berlangsung melalui platform Spaces X dan dipandu oleh Nabila sebagai moderator, pada Sabtu, 20 September 2025.
Berlatar belakang pendidikan Teknik Informatika, Alvi bercerita sempat merasa salah jurusan. Ia bahkan mengaku awalnya tidak terlalu suka membaca. Namun, sebuah momen saat ia membaca buku di angkot saat berangkat kuliah mengubah pandangan hidupnya.
Akhirnya Alvi justru merasa latar belakang kuliah Teknik Informatika memberinya cara berpikir yang lebih adaptif terhadap perkembangan zaman. “Kadang beberapa jawaban tidak bisa dijawab pada tahun yang sama. Butuh lima sampai sepuluh tahun untuk akhirnya kita tahu jawaban itu,” ujarnya.
Alvi mengungkapkan bahwa menjadi penulis pada era sekarang bukan hanya soal menulis dan mengirim naskah kepada penerbit. “Harus bisa lebih dari itu, termasuk membuat konten di media sosial. Walaupun agak malas, inilah bagian tersulit menjadi penulis zaman sekarang,” ujarnya.
Selain bercerita tentang proses menulis, ia juga membagikan rahasia kreatifnya, yakni membuat “fail ide” berisi topik, judul, atau catatan yang menurutnya menarik. “Aku selalu punya target dan mempersiapkannya jauh-jauh hari. Saat menemukan konten menarik di media sosial, aku simpan di folder khusus sebagai bahan ide buku berikutnya,” jelasnya.
Mengenai bukunya, Sorry, My Younger Self, I Can’t Make You Happy, Alvi menuturkan bahwa karya ini lahir dari kerinduannya pada masa kecil. Menjadi dewasa kerap membuat hidup terasa hambar karena dipaksa untuk selalu realistis. Menurutnya, banyak hal yang tampak tidak realistis justru bisa terwujud jika diupayakan. “Aku ingin menghidupkan kembali mimpi-mimpi masa kecil yang dianggap tidak realistis, tapi sebenarnya masih bisa dicapai selama kita mau berusaha,” ujarnya.
Melalui bukunya, Alvi berharap pembaca bisa kembali menemukan sisi anak-anak dalam diri mereka. “Jangan sampai hanya karena kita sudah dewasa, kita sibuk menjadi orang dewasa. Aku ingin orang-orang bisa menghidupkan kembali sisi anak-anak dalam diri mereka,” ungkapnya.
Ia menambahkan, dirinya ingin menghadirkan buku pengembangan diri yang berbeda. “Aku ingin menciptakan dunia baru buku self-improvement seperti novel. Supaya pesannya sampai dengan lembut dan pembaca ikut hanyut dalam ceritanya,” katanya.
Alvi juga mengingatkan pentingnya menghadapi pengalaman hidup, bukan mengabaikannya. “Kita tidak bisa membiarkan waktu berlalu begitu saja. Jangan biarkan masa dan waktu hanya menenggelamkan luka tanpa membersihkannya. Harus dipelajari, dihadapi, dan diperbaiki,” ujarnya.
Penulis: Yuhaenida Meilani
Penyunting: Rifka Az-zahra