Kinara Episode Ke-55: Jangan Takut Menulis Tema yang Berbeda

oleh Narabahasa

Narabahasa kembali menjalankan program Kinara (Kicauan Narabahasa) pada Minggu, 7 September 2025. Episode kali ini menghadirkan Oka Rusmini dengan bukunya yang fenomenal, Tarian Bumi. Diskusi berlangsung melalui platform Spaces X yang dipandu oleh Nindita Utami selaku moderator.

Pengalaman bekerja sebagai wartawan di Bali mempertemukan Oka dengan banyak perempuan hebat, yang kemudian menginspirasi lahirnya Tarian Bumi. “Saya sangat takjub dengan kekuatan perempuan Bali. Mereka bisa beradaptasi dengan [keadaan] ekonomi, budaya, dan tantangan hidup dengan bahagia,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa Tarian Bumi lahir dari proses panjang yang dimulai dengan riset selama lima tahun sejak 1990, hingga diterbitkan sebagai cerita bersambung di Republika dan akhirnya menjadi buku pada tahun 2000. Tarian Bumi ini telah bertahan selama tiga dekade dan diterjemahkan ke dalam enam bahasa.

“Saya kaget ketika buku ini digunakan banyak orang untuk memahami perempuan Bali. Walaupun ini fiksi, 99% tokohnya ada di kehidupan nyata. Kini tokoh-tokoh tersebut sudah tiada, dan buku ini saya anggap sebagai penghormatan dan penghargaan kepada mereka,” katanya.

Oka mengakui bahwa tidak mudah bagi perempuan menulis autokritik terhadap adat, budaya, dan agama. Ia harus menyiapkan fisik dan batin menghadapi tekanan. Namun, kebiasaan menulis, riset mendalam, dan kedisiplinan membuatnya yakin. “Lingkungan, kedisiplinan, kerja keras, dan membaca buku berperan besar dalam pembuatan karya,” tegasnya.

Dalam perjalanannya sebagai penulis, Oka menekankan pentingnya riset, kedisiplinan, dan membaca karya-karya bermutu. Ia berpesan agar penulis tidak takut menuliskan tema yang berbeda dari yang sudah ada. “Kalau kita paham betul apa yang ingin kita tulis, tidak perlu takut. Kuncinya adalah membaca buku yang mendapatkan nominasi dan mencari tema yang belum digarap penulis lain,” katanya.

Oka juga membagikan pengalamannya menghadiri peluncuran cetakan kedua Tarian Bumi di Kota Berlin. Ia mengaku terkejut melihat suasana peluncuran yang begitu khidmat; para hadirin diam dan fokus mendengarkan saat ia membacakan dialog dalam bahasa Indonesia.

Menurutnya, banyak pembaca merasa kisah dalam novel tersebut dekat dengan pengalaman mereka. “Di setiap kota yang saya kunjungi, ada perempuan yang memeluk saya dan menangis karena merasa Tarian Bumi menjadi teman mereka untuk lebih kuat,” kenang Oka.

Setelah lebih dari 40 tahun berkarya, Oka memaknai menulis sebagai perjalanan yang belum selesai, terutama untuk kisah-kisah dari Bali. “Selama ini penulis yang diperhitungkan karyanya kebanyakan laki-laki. Saya ingin menunjukkan bahwa perempuan juga bisa menulis dengan baik dan karyanya bisa bertahan asalkan sabar, konsisten, serta rajin membaca buku-buku nomine pengarang Indonesia,” ujarnya.

 

Penulis: Yuhaenida Meilani

Penyunting: Rifka Az-zahra

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar