Memaknai “Dan/Atau”

oleh Narabahasa

Saya yakin, beberapa dari kita pasti pernah berhadapan dengan dan/atau. Namun, saya belum tahu pasti apakah dan/atau dikategorikan sebagai konjungsi atau ungkapan. Yang jelas, dan/atau sering kali membuat kita sebagai pembaca merasa bingung.

Dan/atau kerap kita temukan pada naskah hukum, entah itu perjanjian dagang atau kontrak pekerjaan. Dalam Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2 (2007), disebutkan bahwa dan/atau dapat diperlakukan sebagai dan serta atau. Misalnya, A dan/atau B berarti ‘A dan B atau A atau B’. Coba perhatikan contoh berikut.

Barangsiapa menyalin dan/atau memperbanyak dokumen ini akan mendapatkan sanksi seberat-beratnya.

Kalimat di atas dapat kita artikan menjadi ‘Barangsiapa menyalin dan memperbanyak …’ atau ‘Barangsiapa menyalin atau memperbanyak …’. Dengan kata lain, siapa pun yang menyalin atau memperbanyak atau melakukan keduanya sekaligus (menyalin dan memperbanyak dokumen tersebut) akan mendapatkan sanksi. Untuk memahami kalimat seperti itu, salah satu cara yang bisa dimanfaatkan adalah memerinci makna. Berdasarkan kalimat di atas, daftarkanlah makna seperti berikut.

  1. Siapa pun tidak boleh menyalin dan memperbanyak dokumen tersebut.
  2. Siapa pun tidak boleh menyalin dokumen tersebut.
  3. Siapa pun tidak boleh memperbanyak dokumen tersebut.

Meskipun telah lazim digunakan, kita tidak bisa memungkiri bahwa dan/atau memang kerap menimbulkan kebingungan. Lihat contoh di bawah ini.

Ayah, ibu, dan/atau wali wajib menghadiri rapat.

Jika dijabarkan, kalimat tersebut mengandung makna berikut.

  1. Ayah, ibu, dan wali wajib hadir dalam rapat.
  2. Ayah dan ibu wajib hadir dalam rapat.
  3. Wali saja wajib hadir dalam rapat.

Contoh tersebut saya kutip dari Pam Petersseorang ahli bahasa asal Australiadalam Efendi dan Susanti (2020). Menurut Peters, dan/atau akan makin sulit dipahami jika terdapat dalam kalimat yang memiliki tiga koordinat, seperti ayah, ibu, dan wali pada contoh di atas. Tiga koordinat sangat mungkin memicu ambiguitas, apalagi kalimat tersebut dibaca oleh awam. Bahkan, menurut seorang leksikografer, pengacara, dan guru bernama Bryan A. Garner, sebaiknya kita sepenuhnya menghindari penggunaan dan/atau. Beliau menulis, “I’ve drafted court rules, jury instructions, model contracts, car warranties and many other documents. Never once have I needed and/or. You won’t either. Kill it.

#danatau #konjungsi

Rujukan:

  • Efendi, A’an & Susanti, Dyah Ochtorina. 2020. “Makna dan Problematik Penggunaan Term ‘Dan’, ‘Atau’, ‘Dan/Atau’, ‘Kecuali’, dan ‘Selain’ dalam Undang-Undang”. Dalam Jurnal Legislasi Indonesia: Indonesian Journal of Legislation, Vol. 17, No. 4, Desember, hlm. 380390. Jakarta: Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
  • Garner, Bryan. A. 2014. “Ax these terms from your legal writing”. ABA Journal. Diakses pada 15 November 2021.
  • Sugono, Dendy. (ed). 2007. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin

Anda mungkin tertarik membaca

4 komentar

budiaman 12 Maret 2025 - 14:28

kalau kalimat ini artinya apa ya
untuk jadi pimpinan harus punya
1. Sertifikat keahlian
2. Pengalaman hidup dan/atau
3. pengalaman kerja

terimakasih

Balas
Narabahasa 30 Maret 2025 - 20:09

Bisa diartikan harus memiliki pengalaman hidup, pengalaman kerja, atau keduanya (baik pengalaman hidup maupun pengalaman kerja), yaaa.

Balas
Vinna 16 Oktober 2023 - 19:26

Selamat malam, Kak.
Izin bertanya. Penggunaan kata dan/atau dalam tiga kata itu yang benar bagaimana, ya?
Ada beberapa pihak yang mengatakan seperti ini, “Satu, dua, dan tiga”, sedangkan sependek pengetahuanku, harusnya begini, “Satu, dua dan tiga”. Lain halnya jika kata yang terkandung ada lebih dari tiga. Jika katanya ada lebih dari tiga, maka akan jadi seperti ini, “Satu, dua, tiga, dan empat”. Nah, dari semua yang aku ketik di atas, kiranya yang sesuai itu seperti apa, ya? Terima kasih sebelumnya.

Balas
Narabahasa 25 Oktober 2023 - 09:58

Yang benar menurut Pedoman EYD: satu, dua, dan tiga. Koma sebelum “dan” itu disebut koma serial. Koma serial harus digunakan dalam bahasa Indonesia, ya.

Balas

Tinggalkan Komentar