Sebagai seorang penulis berbahasa Indonesia, saya bergantung pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Saya sering membuka kamus untuk mengecek kebakuan, memastikan makna, mengidentifikasi silabel, dan mencari turunan kata. Bahkan, lebih dari itu, KBBI V daring juga menyediakan kategori cakapan dan peribahasa yang mampu memperkaya tulisan saya.
Barangkali selama ini kita hanya rutin bersentuhan dengan kamus besar saja. Ternyata, di luar itu, ada pula kamus-kamus lain yang mampu membantu kita dalam menulis dan berujar. Deretan kamus tersebut memiliki klasifikasi berdasarkan bahasa sasaran, ukuran, dan isinya. Penggolongan ini saya ambil dari pemaparan Chaer (2007) dalam Sujarno (2016).
Berdasarkan Bahasa Sasaran
Apabila ditilik melalui bahasa sasarannya, kamus dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu ekabahasa, dwibahasa, dan multibahasa.
Kamus ekabahasa memiliki sumber dan sasaran bahasa yang sama. Berarti, setiap entri di dalam kamus ini dijelaskan dengan bahasa yang sama. KBBI adalah contoh kamus jenis ini. Kemudian, pada jenis yang kedua, yaitu kamus dwibahasa, entri dan makna—beserta contoh penggunaan atau turunan katanya—dituliskan lewat dua bahasa yang berbeda. Contohnya adalah Kamus Inggris-Indonesia. Sementara itu, kamus multibahasa memiliki sasaran bahasa yang lebih dari dua. Contohnya adalah Kamus Inggris-Belanda-Indonesia.
Berdasarkan Ukuran
Ukuran bisa menjadi faktor penting yang menunjang kelengkapan sebuah kamus. Kamus besar, misalnya, tidak boleh terbatas pada pendokumentasian kosakata saja. Lebih dari itu, kamus besar sebaiknya juga merekam gabungan kata, idiom, peribahasa, dan akronim. Kamus besar pun harus menyertakan panduan pelafalan, etimologi, contoh penggunaan, bahkan lapis makna dari sebuah entri. Berkat kelengkapannya, kamus besar sering juga dinamakan descriptive dictionary atau kamus deskriptif atau kamus pemeri.
Lalu, ada pula kamus yang kelengkapannya tidak seperti kamus besar. Kamus jenis ini disebut sebagai kamus terbatas yang disusun dengan tema dan tujuan tertentu. Contohnya adalah kamus saku yang biasanya hanya memuat bentuk-bentuk sederhana sebuah bahasa serta kamus pelajar yang berhubungan dengan tingkat pendidikan penggunanya.
Berdasarkan Isi
Kemudian, menurut isinya, kamus dapat digolongkan menjadi kamus umum dan khusus. Kamus umum memuat kata-kata yang lazim digunakan dalam bahasa sehari-hari, sedangkan kamus khusus memuat kata-kata yang makna dan penggunaannya berkaitan dengan suatu bidang ilmu, misalnya kamus linguistik, kedokteran, dan pertanian, serta kamus sinonim, singkatan, dan peribahasa.
Begitulah. Ternyata kamus memiliki banyak jenis apabila diklasifikasikan berdasarkan bahasa sasaran, ukuran, dan isinya. Kamus-kamus tersebut bisa membantu kita dalam berbahasa, baik menulis maupun berujar. Untuk menulis artikel tentang linguistik, misalnya, saya memerlukan kamus linguistik. Ketika sedang mengerjakan laporan perusahaan perbankan, saya butuh membuka kamus perbankan. Selain itu, untuk membantu dalam bersosialisasi di lingkungan yang baru, kita pun bisa memanfaatkan kamus. Contohnya, jika saya berpelesir ke suatu tempat yang bahasanya tidak saya kuasai, tentu sebaiknya saya mengantongi kamus saku atau mengunduh versi digitalnya.
Rujukan:
Sujarno. 2016. “Leksikografi Indonesia: Konsep Dasar, Fungsi, Isi, Dan Jenis Kamus.” Dalam Jurnal Inovasi, Volume XVIII, Nomor 1, Januari.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin