Narabahasa kembali melaksanakan Tanya Jawab Kebahasaan (Tabah) episode ke-176 pada Kamis, 3 Juli 2025, pukul 19.00–20.00 WIB. Acara ini disiarkan secara langsung melalui akun Instagram resmi @kreasinara dan dipandu oleh Uda Ivan Lanin.
Pada episode kali ini, diskusi ditemani oleh moderator Sri Astuti Maulida yang akrab disapa Neng Sri dari Divisi SDM Narabahasa, serta dua pemantik diskusi dari Duta Bahasa Nasional, yakni Muh. Rivai atau Daeng Rivai (Duta Bahasa Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat 2021) dan Gempa Nugraha atau Kang Gempa (Duta Bahasa Jawa Barat 2011).
Sebelum sesi tanya jawab dimulai, Daeng Rivai sempat membagikan pengalamannya seputar perjalanan kebahasaannya. Ia bercerita mengenai bagaimana ketertarikannya pada bahasa Indonesia sudah tumbuh sejak masih menjadi mahasiswa Sastra Indonesia. Kala itu, teman-temannya kerap meminta pendapatnya tentang penggunaan bahasa. Setelah resmi menjadi Duta Bahasa, kesadarannya untuk menjaga dan menampilkan citra bahasa Indonesia makin kuat.
Dalam sesi tanya jawab, berbagai pertanyaan kebahasaan dijawab dengan lugas oleh Uda Ivan Lanin. Salah satu pertanyaan menarik adalah apakah verba dasar seperti makan atau tidur masih memerlukan afiks pembentuk verba. Uda Ivan menjelaskan bahwa verba semacam itu disebut verba dasar bebas dan tidak memerlukan imbuhan karena sudah dapat langsung berfungsi sebagai predikat.
Pertanyaan lain menyinggung mengapa bahasa daerah tidak diajarkan di seluruh wilayah Indonesia. Untuk menanggapi hal ini, Ivan menyebut bahwa kebijakan muatan lokal di sekolah menjadi kewenangan pemerintah daerah, dan implementasinya turut dipengaruhi oleh ketersediaan guru, minat masyarakat, serta vitalitas bahasa daerah tersebut.
Ketika ditanya soal tantangan bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa internasional, Uda Ivan menegaskan bahwa tidak ada tantangan berarti karena bahasa Indonesia telah resmi menjadi bahasa internasional sejak November 2023 setelah ditetapkan sebagai bahasa resmi ke-10 dalam Sidang Umum UNESCO.
Menjelang penutupan Tabah episode 176, Kang Gempa mengungkapkan rasa syukur atas kesempatan terlibat dalam diskusi ini karena bisa memperoleh banyak pengetahuan baru. Sementara itu, Daeng Rivai menyampaikan harapan agar masyarakat tidak memandang perubahan dan penyerapan bahasa sebagai ancaman. Ia menekankan bahwa tidak ada satu pun bahasa yang benar-benar murni.
Penulis: Yuhaenida Meilani
Penyunting: Rifka Az-zahra