
Belajar dari Ulang Tahun
Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia selalu diiringi dengan limpahan doa dari seluruh rakyatnya. Hari ulang tahun Republik Indonesia yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus disemarakkan dengan berbagai perayaan. Kita mengenal konsep ulang tahun sebagai penanda hari kelahiran. Pada hari tersebut, seseorang mendapatkan ucapan selamat dan harapan tentang kehidupannya mendatang. Umumnya, hal itu dilakukan dengan mengucapkan selamat ulang tahun yang kemudian diiringi dengan semoga panjang umur.
Frasa selamat ulang tahun sempat menjadi topik perbincangan menarik di kalangan netizen ketika akun TikTok @fackeyxiao1 membahas tentang asal-usul ulang tahun sebagai padanan dari bahasa Belanda verjaardag. Lebih lanjut, pengguna tersebut menjelaskan bahwa ulang tahun bukan disebut tambah tahun karena ulang tahun merujuk pada acara peringatan lahirnya seseorang yang diulang setiap tahunnya. Menurut Azhari Dasman Darnis, Koordinator Perkamusan dan Peristilahan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, ulang tahun merupakan idiom dalam bahasa Indonesia yang etimologi sepenuhnya berlandaskan faktor sosial masyarakat. Hal itu juga didukung pendapat dosen Program Studi Sastra Belanda, Universitas Indonesia, Munif Yusuf, yang menjelaskan bahwa verjaardag secara harfiah tidak bermakna ulang tahun, melainkan mendekati makna kata kedaluwarsa.
Dalam bahasa Indonesia, ucapan selamat ulang tahun tergolong dalam kalimat tidak berklausa. Kalimat tidak berklausa adalah kalimat yang unsurnya berupa kata atau frasa sehingga ia tidak mengandung unsur minimal klausa. Seperti kita ketahui, unsur minimal klausa adalah subjek dan predikat. Dalam buku-buku tata bahasa Indonesia, kalimat tidak berklausa disebut juga kalimat minor, kalimat tidak sempurna, atau kalimat taklengkap. Kalimat tak berklausa umumnya digunakan dalam komunikasi verbal.
Berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan sosial, ucapan tersebut termasuk dalam tindak tutur konvivial atau menyenangkan yang berupaya menciptakan suatu kesan yang harmonis (Leech, 1993: 162). Selain untuk menyampaikan maksud yang baik, tindak tutur tersebut juga melibatkan sopan santun yang objektif. Hal itu juga didukung dengan fungsi bahasa ucapan selamat ulang tahun, yakni untuk mengungkapkan maksud penutur, menjalin hubungan antarmanusia, dan membangun teks (Halliday, 1972: 140–162, dalam Praptomo, 2019: 61).
Setelah mengucapkan selamat ulang tahun, biasanya kita mengiringinya dengan doa. Salah satu doa yang paling sering diucapkan adalah semoga panjang umur. Berbeda dengan selamat ulang tahun, frasa semoga panjang umur merupakan kepercayaan dari budaya Tiongkok. Budaya Tiongkok memiliki kepercayaan terhadap Fu Lu Shou atau tiga dewa yang membawa kebaikan dalam kehidupan manusia. Salah satunya adalah Dewa Shou, dewa yang mengatur panjang usia manusia. Usia yang panjang merupakan keberuntungan yang paling utama dan sering kali digunakan beriringan dengan aksara lu sehingga berarti ‘kebahagiaan dan panjang umur’. Hal yang terutama dipercaya memperpanjang usia adalah obat dan keabadian.
Selain budaya Tiongkok, kita juga bisa menemukan pengaruh Islam dalam konsep “panjang umur”. Kata umur seakar dengan kata ma’mūr yang mengandung makna kesinambungan atau ketinggian. Kehidupan dunia yang berlalu tanpa upaya memakmurkan jiwa tidak layak disebut umur.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ucapan selamat ulang tahun dapat diterapkan dalam berbagai dimensi hubungan manusia. Salah satunya untuk memperingati hari lahir suatu lembaga, bahkan negara. Semoga panjang umur, di sisi lain, menunjukkan pengharapan terhadap umur yang panjang dan kemakmuran yang melimpah. Jadi, daripada sekadar mengucapkannya, kita juga bisa belajar banyak hal darinya.
Referensi:
Baryadi, Praptomo. 2019. “Kalimat Tidak Berklausa dalam Bahasa Indonesia”. Dalam Widyaparwa, Volume 47, Nomor 1, Juni 2019. Hlm. 57–68.
Rizal, Jawahir Gustav. 2020. “Fakta Ulang Tahun dan Mengapa Tidak Disebut dengan Tambah Tahun”. Diakses pada 17 Agustus 2021. https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/18/170500165/fakta-ulang-tahun-dan-mengapa-tidak-disebut-dengan-tambah-tahun-?page=all
Sasangka, Sry Satriya Tjatur Wisnu. 2015. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Kalimat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Seow, Jeffrey Chin Hean. 1999. Fu Lu Shou: Gods of Blessing, Prosperity and Longevity. Singapore: Asiapac Books.
Shihab, M. Quirash. 2013. Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Qur’an. Bandung: Mizan.
Penulis : Innezdhe Ayang Marhaeni
Penyunting : Harrits Rizqi
Bagaimana tanggapan Kerabat Nara?
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Artikel & Berita Terbaru
- Keterampilan yang Dibutuhkan Penulis Wara
- Empat Unsur Gramatika sebagai Kunci Kemampuan Menata Tulisan
- Bahan Pertimbangan sebelum Mengirim Artikel ke Jurnal
- Bjir dan Bjrot
- Penulisan Infografik yang Mencakup Semua Hal
- Berbahasa Indonesia, Sulit atau Mudah?
- Pola Frasa dalam Bahasa Kita
- Kelas Perdana Penulisan Skenario dalam Produksi Video
- Penulisan Mikrokopi UX yang Ramah Pengguna
- Kiat Penyusunan Dokumen untuk Konsultan Proxsis
- Penyunting yang Tak Sama dengan Penguji Baca
- Mengenal Penulisan Artikel dan Esai Lebih Dalam