Soewandi adalah salah satu ejaan yang pernah berlaku di Indonesia. Ejaan Soewandi—yang sering disebut juga sebagai Ejaan Republik—resmi menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen dan mulai digunakan di Indonesia pada 1947. Berkat ejaan ini, kita menulis kata Jum’at dengan Jumat, poera-poera dengan pura-pura, dan ra’yat dengan rakyat.

Tahukah Kerabat Nara bahwa nama Ejaan Soewandi diambil dari nama orang, yakni Soewandi? Ternyata, beliau adalah seorang menteri pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Soewandi menaruh perhatian besar terhadap perjalanan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia pada saat itu.

Raden Mas Soewandi Notokoesoemo lahir pada 25 Oktober 1904. Ia lulus dari Technische Hoogeschool te Bandoeng, sekarang Institut Teknologi Bandung, pada 1936. Pada 12 Maret 1946, Soewandi diangkat menjadi Menteri PP dan K atau Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan. Saat mengepalai Kementerian PP dan K, Soewandi membentuk Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia. Soewandi lantas menunjuk Ki Hajar Dewantara sebagai ketua panitia tersebut. Tiga tugas pokok Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia ialah

  1. merencanakan susunan persekolahan baru untuk semua tingkat dan jenis;
  2. menetapkan bahan pengajaran dengan memperhatikan keperluan praktis dan tidak terlalu berat bagi murid; serta
  3. menyiapkan rencana pelajaran untuk tiap tingkat dan jenis sekolah yang diperinci tiap kelas.

Selain itu, Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia juga merencanakan sistem pendidikan yang berbasis keterampilan, yakni pertanian, perdagangan, kerajinan, dan kewanitaan. Dengan demikian, masyarakat yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bisa tetap memiliki keterampilan praktis. Lebih dari itu, panitia ini pun berniat untuk memberantas ketunaaksaraan.

Perlu dicatat, salah satu bidang kebudayaan yang dinilai berkembang pesat pada masa awal kemerdekaan Indonesia adalah bahasa dan sastra. Hal ini mungkin tidak terlepas dari minat berbahasa dan bersastra Indonesia yang didukung oleh besarnya semangat kebangsaan kala itu. Selaku Menteri PP dan K, Soewandi pun seolah memanfaatkan momentum ini dengan membentuk komisi yang bertugas untuk menetapkan istilah-istilah dalam bahasa Indonesia, tata bahasa Indonesia, serta kamus baru atau menyempurnakan kamus yang telah ada sehingga mampu memenuhi keperluan belajar bahasa Indonesia di sekolah.

Kerja keras komisi tersebut, salah satunya, terbukti lewat pencetusan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Tercatat pula lima ribu istilah baru. Pada masa itu, pembakuan ejaan dianggap sebagai alat politik yang bisa mempersatukan bangsa dan memajukan kebudayaan nasional.

Barangkali, selama ini kita hanya mengenal Soewandi sebagai nama ejaan. Ternyata, peran Raden Mas Soewandi Notokoesoemo lebih dari itu. Ia seorang Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan pada era Demokrasi Liberal, tepatnya dalam kabinet Burhanuddin Harahap, yang memiliki kepedulian besar terhadap kualitas pendidikan dan kebudayaan Indonesia.

Raden Mas Soewandi Notokoesoemo meninggal pada 25 Desember 1960. Sayangnya, hingga hari ini, rekam jejak dan profil beliau sukar ditemukan di internet.

 

Rujukan:

  • Astuti, Fauzia. 2019. “Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia: dari Djadoel sampai Kekinian”. Diakses pada 17 Mei 2021.
  • Hp, S., Safwan, M., Djuariah, L., Samsurizal. 1986. Sejarah Pemikiran Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • Sriyanto. 2014. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Ejaan. Jakarta.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin