Ada seorang teman saya yang bekerja selaku konsultan di bidang hubungan masyarakat (public relations/PR). Baginya, menulis siaran pers (press release) merupakan rutinitas sehari-hari. Setiap klien dari berbagai macam industri membutuhkan siaran pers untuk menyebarkan informasi, mulai dari peluncuran produk, pembaruan jasa, hingga penyelenggaraan acara. Di luar itu, siaran pers juga sering dimanfaatkan oleh sebuah lembaga dalam menanggapi suatu peristiwa penting. 

Pada era digital ini, siaran pers umumnya dipublikasikan pada situs resmi sebuah perusahaan atau organisasi dan disebarkan lewat surel. Peran media massa daring juga sangat dibutuhkan agar siaran pers dapat ditayangkan sebagai berita pada media massa itu. Oleh karena itu, siaran pers perlu ditulis dengan baik guna mengundang perhatian publik dan jurnalis.

Kiat-Kiat Menulis Siaran Pers

Sebagai karya jurnalistik, siaran pers ditulis dengan menerapkan prinsip 5W + 1H (asdikamba) atau apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, dan bagaimana. Gunakan banyak kalimat tunggal demi kelugasan informasi serta minimalkan kalimat yang terlampau panjang dan bertele-tele untuk meredam kebingungan pada pembaca. Perhatikan juga empat aspek penting dalam berita yang mampu dimanfaatkan pada penulisan siaran pers, yaitu

  1. kebaruan, keunikan, dan relevansi informasi;
  2. pengaruh atau dampak dari isi siaran pers;
  3. popularitas organisasi atau individu yang mengeluarkan siaran pers; serta
  4. pelibatan emosi pembaca.

Selain itu, dengan menyertakan kutipan dari figur penting, kredibilitas siaran pers bisa kian terjamin. Tak kalah penting juga, lampirkan gambar atau video yang mendukung informasi. Meski tidak wajib, pelampiran multimedia itu bisa mendukung kelengkapan tulisan.

Siaran Pers dalam Media Massa Daring

Saat ini, media massa daring makin banyak bermunculan. Saya pun mendengar kabar bahwa banyak teman jurnalis yang  dituntut untuk menulis lebih dari tiga berita per hari. Bayangkan, betapa informasi begitu melewah. 

Maka, tidak heran jika media massa daring dewasa ini sudah terbiasa untuk sekadar menyalin siaran pers yang masuk melalui surel tanpa mengubahnya sedikit pun. Siaran pers sering kali tayang tanpa parafrasa, bahkan tanpa penyuntingan. Apabila siaran pers yang kita susun memuat informasi begitu penting dan perlu digaungkan di media massa daring, kita perlu beradaptasi dengan hal seperti ini: Jangan saltik, lakukan swasunting atau minta bantuan orang lain untuk menyunting, serta pastikan informasi sudah akurat.

 

Rujukan:

  • Suroso. 2003. “Bahasa Jurnalistik”. Bahana, 1—14.
  • Wendratama, Engelbertus. 2017. Jurnalisme Online: Panduan Membuat Konten Online yang Berkualitas dan Menarik. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin