Dalam bahasa Indonesia, afiksasi memiliki peran yang dominan untuk membentuk kata. Seorang penerjemah, Bambang Sugeng, menuliskan pada artikel yang berjudul “Penggunaan Kata Benda sebagai Kata Kerja” bahwa pembentukan verba melalui kata benda (nomina) sangat elastis untuk diterapkan dalam bahasa Indonesia. Sebutlah bersepatu, menyapu, dan terdakwa. Akar dari tiga kata tersebut adalah sepatu, sapu, dan dakwa yang merupakan nomina. Namun, ketika kita menambahkan imbuhan, ketiganya menjadi verba.

Pembentukan verba melalui kata nomina juga bisa kita temui akhir-akhir ini. Kita tahu bahwa Presiden Joko Widodo baru saja menerima vaksinasi Covid-19. Di Twitter, saya lihat netizen tengah ramai membicarakannya. Sudah pasti, media massa juga mengangkat hal ini sebagai berita hangat. Fenomena ini membuat saya bertanya-tanya, bagaimana kata vaksin bisa diturunkan menjadi memvaksin, memvaksinasi; divaksin, divaksinasi; dan tervaksin, tervaksinasi?

Sebelum masuk ke dalam proses pembentukan kata, ada baiknya kita mengenal makna leksikal vaksin dan vaksinasi. Dalam KBBI V, lema vaksin diartikan sebagai bibit penyakit (misalnya cacar) yang sudah dilemahkan, digunakan untuk vaksinasi. Sementara itu, vaksinasi adalah penanaman bibit penyakit (misalnya cacar) yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh manusia atau binatang (dengan cara menggoreskan atau menusukkan jarum) agar orang atau binatang itu menjadi kebal terhadap penyakit tersebut. Keduanya berdiri sebagai nomina.

Memvaksin, Divaksin

Nomina vaksin yang mengalami prefiksasi me- akan membentuk verba, yakni memvaksin. Pembentukan kata kerja dengan mengandalkan akar nomina ini disebut pembentukan derivatif atau denominalisasi verba yang menghasilkan verba derivatif atau verba denominal. Lebih dari itu, Kridalaksana dalam Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia (1989) menuliskan bahwa pembentukan verba derivatif melalui me- + nomina dapat mengartikan ‘memberi’. Berarti, memvaksin memiliki makna ‘memberi vaksin’ atau ‘memberikan vaksin’.

Lalu, bagaimana memvaksin berubah menjadi divaksin? Ingat, tidak semua bentuk aktif dapat dibuat menjadi pasif. Hanya verba transitif yang memiliki bentuk pasif. Dengan mengingat memvaksin adalah verba transitif aktif, ia dapat diubah menjadi bentuk divaksin yang memiliki makna ‘diberi’ atau ‘diberikan vaksin’. 

Contoh verba aktif yang tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif adalah kata kerja intransitif, seperti melaut, membatu, dan meraja. Ketiganya juga merupakan verba derivatif yang berasal dari nomina (laut, batu, dan raja) dan bisa mengalami prefiksasi me-. Namun, kata-kata tersebut tidak bisa berubah pasif menjadi dilaut, dibatu, dan diraja.

Memvaksinasi, Divaksinasi

Seperti yang telah saya tuliskan di atas, vaksin dan vaksinasi memiliki makna yang berbeda. Vaksinasi berfokus pada proses penanaman vaksin. Maka, prefiksasi me- dan di- terhadap vaksinasi akan menghasilkan makna yang berbeda pula. Salah satu makna lainnya yang dapat dihasilkan dari me- + nomina adalah makna ‘melakukan’. Perhatikan perbedaan pada dua contoh berikut. Contoh pertama menggunakan bentuk dasar vaksin, sedangkan contoh kedua menggunakan bentuk dasar vaksinasi.

    1. a. Dokter sudah memvaksin saya.

b. Saya sudah divaksin oleh dokter.

       2. a. Dokter sudah memvaksinasi saya.

b. Saya sudah divaksinasi oleh dokter.

Kalimat 1a memiliki makna bahwa dokter sudah memberikan vaksin (bibit penyakit yang sudah dilemahkan) kepada sang saya dan kalimat 1b memiliki makna bahwa sang saya sudah diberikan vaksin oleh dokter. Sementara itu, kalimat 2a bermakna bahwa dokter sudah melakukan vaksinasi atau penanaman bibit penyakit yang sudah dilemahkan kepada saya dan kalimat 2b bermakna bahwa sang saya sudah ditanamkan bibit penyakit oleh dokter.

Tervaksin, Tervaksinasi

Moeliono dkk. dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2017) menuliskan bahwa prefiks ter- memiliki hubungan yang erat dengan prefiks di-. Prefiks ter- dapat menambahkan makna aspektualitas perfektif terhadap kata yang sudah mengalami prefiksasi di-. Dapat dikatakan, salah satu fungsi awalan ter- adalah penambahan ‘makna yang sudah di-

  1. Saya tervaksin.
  2. Saya tervaksinasi.

Kalimat pertama mengartikan bahwa sang saya sudah diberikan vaksin, sedangkan kalimat kedua mengartikan bahwa sang saya sudah divaksinasi.

 

Rujukan:

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin