TBL TBL TBL
Kerabat Nara yang aktif menggunakan TikTok atau Twitter pasti tidak asing dengan judul ini. Bahkan, saya duga, Kerabat Nara membacanya dengan irama yang sama. Jika iya, saya pun menulis ini dengan diiringi irama pengucapan TBL TBL TBL yang menghantui kepala saya.
Pengucapan TBL TBL TBL ini pertama kali muncul di TikTok dari seorang pengguna yang memperkenalkannya lengkap dengan irama yang membuat candu. Ucapan tersebut kemudian digemari dan diikuti oleh banyak orang. Bahkan, ucapan TBL TBL TBL “merasuki” media sosial lain, yakni Twitter, hingga menjadi tren selama beberapa waktu.
Dalam ilmu bahasa, TBL termasuk dalam kategori singkatan. TBL adalah singkatan dari takut banget, loh. Kridalaksana (2010) mengatakan bahwa singkatan seperti ini terjadi karena pengekalan huruf pertama tiap komponen, yakni t (takut), b (banget), dan l (loh). Munculnya singkatan baru seperti ini sebenarnya bukanlah hal yang asing, terutama dalam bahasa pergaulan remaja. Remaja memiliki bahasa yang unik dalam mengekspresikan diri sehingga terdapat karakteristik yang membedakan tutur bahasa remaja dengan tutur bahasa lainnya. Karakteristik tersebut terlihat pada pemilihan kosakata, ungkapan, pola, dan strukturnya (Hilaliyah, 2010: 25).
Pada era digital ini, bahasa pergaulan tidak hanya digunakan secara lisan, tetapi juga tulisan pada media sosial. TBL bahkan terdapat pada keduanya. Penggunaan bahasa pergaulan pada media lisan dan tulisan ini dapat memperlihatkan perkembangan kosakata yang digunakan sehari-hari pada zamannya. Munculnya TBL TBL TBL secara tidak langsung memperlihatkan penggunaan kosakata pergaulan remaja saat ini, terutama di TikTok dan Twitter. Singkatan baru yang diungkapkan dengan irama unik itu menarik perhatian dan membuat banyak orang menirukannya. Bahkan, banyak dari mereka yang membagikan ceritanya saat meniru penggunaan TBL TBL TBL, termasuk dalam lingkup formal, seperti saat pembelajaran di sekolah dengan guru, saat berkuliah dengan dosen, hingga saat berbincang dengan atasan di kantor.
Teman saya, seorang pengguna aktif TikTok yang juga mengikuti tren TBL TBL TBL, bertanya kepada saya, “Apakah mungkin suatu saat TBL masuk dalam KBBI?” Pertanyaan itu menarik. Saya pun membuka kembali materi kuliah Leksikologi saat S-1 dahulu. Setelah membaca dengan saksama, saya menemukan bahwa jika penggunaan TBL TBL TBL ini terus berlanjut dan langgeng dalam masyarakat, tidak menutup kemungkinan ia dapat didaftarkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) suatu saat nanti. Tugas KBBI adalah mendaftarkan kosakata yang muncul dalam masyarakat. Salah satu syaratnya adalah frekuensi penggunaan yang banyak. Jadi, secara tidak langsung, sebenarnya kita—masyarakat umum Indonesia—mempunyai andil besar dalam penentuan masuk atau tidaknya suatu kata ke KBBI.
Pembahasan mengenai TBL ini membuktikan bahwa tren-tren yang muncul dalam kehidupan sehari-hari dapat dianalisis dari sudut pandang ilmu bahasa. Jika tertarik dengan pembahasan seputar kebahasaan lainnya, Kerabat Nara dapat mengunjungi situs web kami. Di sana rekan-rekan saya menulis isu kebahasaan sehari-hari dengan piawai dan cerdas.
Salam takzim,
Shafira Deiktya.
Referensi
Hilaliyah, H. (2010). “Maraknya Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Pelajar Sekolah Menengah Atas”. Deiksis: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 2 No. 1. Cirebon: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Swadaya Gunung Jati.
Kridalaksana, H. (2010). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Artikel & Berita Terbaru
- Tabah ke-145 bersama Alfan, Harapan III Duta Bahasa Nasional 2023
- Pelatihan Griyaan untuk DJKI: Belajar Menulis Berita yang Efektif
- Hadapi Tantangan Menyusun Laporan Tahunan bersama Narabahasa
- Tabah ke-144 bersama Luthfi, Harapan II Duta Bahasa Nasional 2023
- Dua Pekan Lagi Bulan Bahasa dan Sastra
- Griyaan Penulisan Wara Narabahasa untuk Kemenkeu
- Tabah ke-143 bersama Arianti, Harapan II Duta Bahasa 2023
- Bagaimana Anak Memperoleh Keterampilan Berbahasa?
- KDP Hadir Kembali: Kerinduan yang Sedikit Terobati
- Kreasi Konten Media Sosial Finalis Dubasnas 2024
- Menelisik Peran Nama pada Tempat melalui Kajian Toponimi
- Nilai Religius Ungkapan Kematian