Sekitar tahun 2017, sekolah saya—salah satu SMA di Medan—menerima seorang siswi dari Ohio, Amerika Serikat. Siswi yang bernama Ashley itu mengikuti program pertukaran pelajar selama satu semester. Di sekolah, ia dipanggil dengan nama Asih.

Selain rajin belajar, siswi pertukaran yang ditempatkan di kelas MIA (matematika dan ilmu pengetahuan alam) itu aktif bersosialisasi. Pada waktu istirahat, misalnya, ia tak ragu menyapa dan berinteraksi dengan warga sekolah yang ia temui. Kegiatannya juga ada-ada saja, mulai dari sekadar duduk-duduk di kursi depan kelas, makan di kantin, bermain basket, hingga ke sana kemari berkeliling sekolah. Selain itu, Asih juga gemar mengeksplorasi sesuatu. Ia mengikuti berbagai ekstrakurikuler. Jika pekan ini ia mengikuti ekstrakurikuler A, pekan depan ia akan mencoba ekstrakurikuler B.

Pada akhir pekan, Asih sering pergi berkeliling tempat-tempat di Kota Medan bersama orang tua asuhnya. Tak jarang juga mereka melancong ke Berastagi, Parapat, dan Langkat—tiga wilayah di Sumatra Utara—untuk melihat keanekaragaman budaya Indonesia. Saat libur panjang sekolah, Asih memanfaatkan waktunya untuk melihat keindahan Indonesia di daerah lain, seperti Padang dan Yogyakarta. 

Dalam keseharian, ia lancar berkomunikasi dengan bahasa Indonesia meski aksen asingnya masih jelas terdengar. Asih mengerti tiap kata yang ia maupun orang lain sampaikan. Kemampuan itu membuatnya sangat adaptif dengan lingkungan. 

Dengan memperhatikan kefasihan Asih, saya penasaran akan caranya mempelajari bahasa Indonesia. Namun, hal itu tidak sempat saya tanyakan kepadanya.

Kini saya baru saja mengetahui bahwa ada program BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing). Apakah Asih mengikuti program itu? Saya tidak tahu. Yang jelas, sekarang ini saya tertarik menyelisik program tersebut lebih dalam. Saya penasaran apakah konsep dan metode pengajaran BIPA sama seperti pengajaran bahasa asing, misalnya bahasa Inggris. 

Kerabat Nara penasaran juga terhadap program BIPA? Ikut Selisik Kebahasaan (Lisan) Episode Ke-8, yuk. Di sana Ibu Liliana Muliastuti, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta, akan membahas pengajaran BIPA, mulai dari metode, kendala, hingga perbedaan antara BIPA di dalam dan luar negeri.

Jangan sampai terlewat, ya, Kerabat Nara. Segera daftar melalui sinara.narabahasa.id. Kuotanya terbatas, lo.