Kuasai Bahasa, Kuasai Dunia
Ketika tulisan ini dibuat, saya sudah satu bulan lebih bergabung dengan Narabahasa sebagai pramubahasa—sebutan untuk magang di Narabahasa. Kalau boleh jujur, saya tidak menyangka akan mendapat kesempatan untuk bekerja dengan orang-orang hebat di balik nama Narabahasa yang mampu membuka mata dan hati saya terhadap bahasa Indonesia. Selama ini, saya menganggap bahwa dengan lahir dan besar di Indonesia saja sudah cukup menjamin untuk bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kenyataannya, saya salah besar.
Dulu, saya kerap abai terhadap penulisan serta pengucapan bahasa Indonesia yang baik dan benar. “Benar atau salah, toh, yang penting orang menangkap maksud saya,” pikir saya. Bertahun-tahun lamanya saya hidup dengan pemikiran seperti itu hingga akhirnya takdir membawa saya untuk “menyelam” di dunia bahasa. Bisa jadi, karena sempat punya pikiran seperti itu, akhirnya saya diberi ilham untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sebetulnya, saya cukup senang untuk mempelajari bahasa. Bahasa apa pun itu, mulai dari Inggris, Indonesia, Sunda, sampai Spanyol. Namun, entah kenapa, khusus bahasa Indonesia, saya tidak belajar dengan benar. Sekarang saya merasa sedikit menyesali mengapa selama ini saya hanya fokus kepada bahasa asing dan abai terhadap bahasa sendiri.
Sejak bergabung dengan Narabahasa, saya mulai sedikit demi sedikit mengejar ketertinggalan informasi terkait bahasa Indonesia. Jika sebelumnya saya malas untuk melihat KBBI, sekarang saya mulai membiasakan diri untuk mengecek KBBI ketika menulis dalam bahasa Indonesia. Selain itu, saya juga mulai berteman dengan buku PUEBI yang setia berada di samping saya ketika menulis, termasuk ketika membuat tulisan ini.
Dari yang saya lihat selama ini, masih ada beberapa teman saya yang juga abai dalam menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah yang berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda Indonesia belum terlihat memiliki keinginan untuk mempelajari dan memperdalam pengetahuan seputar bahasa Indonesia. Padahal, banyak negara-negara lain yang mempelajari bahasa Indonesia, seperti Australia, Hongaria, Jepang, dan Korea Selatan. Tidak hanya itu, bahasa Indonesia juga sudah menjadi bahasa pilihan di situs milik klub sepak bola dunia. Klub sepak bola terkenal seperti Juventus, AC Milan, dan Inter Milan sudah meluncurkan pilihan bahasa Indonesia di situs resmi mereka.
Dapat disimpulkan bahwa rasa bangga berbahasa Indonesia belum melekat seutuhnya pada setiap generasi muda Indonesia. Bisa jadi itu karena mereka berpikir serupa seperti saya dahulu atau karena mereka menganggap mempelajari bahasa Indonesia lebih sulit dibandingkan dengan bahasa asing. Padahal, menurut saya, dua-duanya tidak ada yang sulit. Karena malas untuk mencari informasi lebih lanjutlah, suatu hal terasa lebih sulit.
Sebetulnya, tidak ada yang salah dalam mempelajari bahasa asing apalagi sekarang banyak pekerjaan yang mengharuskan pegawainya untuk minimal bisa berbahasa Inggris. Saya juga memiliki pemikiran bahwa bahasa merupakan salah satu cara untuk menjelajahi dunia. Semakin banyak bahasa yang kita kuasai, semakin lebar pula kesempatan kita untuk mempelajari hal-hal baru di luar sana, sama seperti yang tertera di visi Narabahasa, “Kuasai bahasa, kuasai dunia.” Hanya saja, akan lebih baik jika kita tidak hanya menjadikan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi semata, tetapi juga mempelajari penggunaannya dengan baik dan benar, baik dalam komunikasi tulis maupun lisan.
Oleh karena itu, terlepas dari peran saya sebagai pramubahasa di Narabahasa, saya berpendapat bahwa mempelajari bahasa Indonesia itu sangat menyenangkan dan menantang. Menyenangkan karena banyak padanan kata dari bahasa asing yang jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia terdengar cukup unik, seperti bedrest menjadi tirah baring atau mouse menjadi tetikus. Menantang karena ternyata banyak kaidah kebahasaan yang harus dipatuhi, terutama terkait gramatika. Semoga kita semua selalu bersemangat untuk mempelajari hal-hal baru di luar sana!
Salam,
Qinthara Silmi Faizal
Bagaimana tanggapan Kerabat Nara?
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Artikel & Berita Terbaru
- Keterampilan yang Dibutuhkan Penulis Wara
- Empat Unsur Gramatika sebagai Kunci Kemampuan Menata Tulisan
- Bahan Pertimbangan sebelum Mengirim Artikel ke Jurnal
- Bjir dan Bjrot
- Penulisan Infografik yang Mencakup Semua Hal
- Berbahasa Indonesia, Sulit atau Mudah?
- Pola Frasa dalam Bahasa Kita
- Kelas Perdana Penulisan Skenario dalam Produksi Video
- Penulisan Mikrokopi UX yang Ramah Pengguna
- Kiat Penyusunan Dokumen untuk Konsultan Proxsis
- Penyunting yang Tak Sama dengan Penguji Baca
- Mengenal Penulisan Artikel dan Esai Lebih Dalam