Tabik,

Judul tulisan ini provokatif dan kekinian sekali, ya? Dalam penulisan konten media sosial, judul yang provokatif dikenal dengan istilah “umpan klik” (clickbait), sedangkan pembuatan konten dengan mengikuti tren (kekinian) dikenal dengan sebutan “menunggang gelombang” (riding the wave). Menunggang gelombang merupakan salah satu bahan bahasan dalam KDNB-77 Penulisan Konten Media Sosial yang akan diadakan pada Jumat, 25 September 2020.

Musim Ketujuh

KDNB-77 akan menandai dimulainya musim ketujuh kelas daring Narabahasa (KDNB) yang terdiri atas tujuh belas kelas yang masing-masing dilaksanakan selama dua jam pada Jumat malam (19.00—21.00), Sabtu sore (14.00—16.00), dan Minggu sore (14.00—16.00). Sebagai pelengkap KDNB-77, Narabahasa mengadakan kelas Pembuatan Infografik (Sabtu, 26 Sep), Penulisan Berita dan Siaran Pers (Sabtu, 3 Okt), serta Penceritaan (Jumat, 16 Okt). Semua kelas itu menunjang pekerjaan admin media sosial.

Selain kelas keterampilan bahasa untuk admin media sosial tersebut, KDNB musim ketujuh juga menyediakan kelas keterampilan bahasa untuk laras bahasa ilmiah dan bisnis. Kelas untuk akademisi dan mahasiswa terdiri atas kelas Penulisan Ilmiah dan Ilmiah Populer (Minggu, 4 Okt) serta kelas Penulisan Skripsi (Sabtu, 17 Okt). Di samping itu, kelas untuk pegawai pemerintah dan pekerja profesional meliputi empat kelas, yaitu Penyusunan Naskah Dinas (Jumat, 2 Okt), Penulisan Surat Resmi (Jumat, 9 Okt), Penyusunan Laporan Efektif (Sabtu, 10 Okt), serta Pelaksanaan Presentasi dan Rapat Efektif (Minggu, 11 Okt). Kelas baru Penulisan Prosedur (Jumat, 23 Okt) ditambahkan pada musim ketujuh ini untuk menjawab kebutuhan dunia bisnis.

Sebagai langkah berikutnya dari pembuatan tulisan, Narabahasa menyediakan dua kelas penyuntingan bahasa dasar pada KDNB musim ketujuh nanti, yaitu untuk penulis (Minggu, 18 Okt) dan untuk editor (Minggu, 27 Sep). Kedua kelas tersebut praktis dapat diikuti oleh siapa pun karena penulis dan editor merupakan peran generik yang dibutuhkan untuk jenis tulisan apa pun. Akhirnya, KDNB musim ketujuh ditutup dengan empat kelas seri gramatika bahasa Indonesia. Kelas gramatika tersebut secara berturut-turut membahas wacana dan paragraf (Sabtu, 24 Okt), kalimat (Minggu, 25 Okt), kata dan istilah (Jumat, 30 Okt), serta ejaan (Sabtu, 31 Okt).

Setiap peserta kelas pada KDNB akan mendapat diktat dan salindia sebelum kelas dilangsungkan. Setelah kelas, para peserta akan mendapat notula tanya jawab dan rekaman video kelas. Semua bahan itu diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peserta terhadap topik yang mau dipelajari.

Anjay

Mari kita kembali membahas kata “anjay”. Beberapa pekan yang lalu kata ini sempat viral di media sosial dan media massa. Saya tidak akan menjelaskan dengan panjang lebar mengapa kata itu viral karena saya yakin Kerabat Nara sudah mengetahui atau dapat mencari tahu sendiri hal itu. Saya hanya ingin menguraikan pendapat saya di sini meski mungkin sudah agak terlambat.

Meski belum ada pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “anjay” dianggap sebagai bentuk eufemisme (penghalusan) dalam bentuk pelesetan dari kata “anjing”—binatang menyusui yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dan sebagainya (Canis familiaris). Selain “anjay”, ada kata lain yang juga acap dipakai sebagai eufemisme kata “anjing”, seperti “anjir” dan “anjrit”. Semua kata itu lazim dipakai di kalangan penutur bahasa Sunda pada beberapa daerah sebagai kata seru untuk menunjukkan rasa kagum, heran, terkejut, dsb. Sebagai orang yang lama tinggal di Bandung di tengah lingkungan penutur seperti itu, tiada pernah tebersit dalam benak untuk menggunakan “anjay” dengan maksud merendahkan atau menghina kawan bicara saya.

Tentu saja makna suatu kata bergantung pada persepsi individu dan konteks pembicaraan. Demi kelancaran komunikasi, kita memang harus cermat memilih kata yang kita pakai agar tidak menyebabkan kawan bicara kita kehilangan muka. Namun, saya pikir tindakan melarang penggunaan sebuah kata itu berlebihan. Demikian juga tindakan membahas sebuah kata secara berkepanjangan. Masih banyak urusan lain yang lebih penting yang dapat kita kerjakan. Mari beranjak (move on).

Ivan Lanin

Pendiri dan Direktur Narabahasa