Saat mengobrol lewat media sosial, wkwk sering kali digunakan untuk menggantikan haha. Tentu kita tahu bahwa keduanya menandakan seseorang yang sedang tertawa. Uniknya, dalam bahasa lisan, saya tidak pernah mendengar orang tertawa dengan wkwk. Lalu, mengapa wkwk bisa dihubungkan dengan tertawa? Bagaimana proses terciptanya wkwk

Saya lalu menemukan cerita yang menarik dari Dio Wijayanto Nugroho. Di Quora, dia menjawab pertanyaan “Why do Indonesians use ‘wkwkwk’ for ‘hahaha’?

Dio merupakan seorang pemain gim daring pada komputer. Ragnarok, Gunbound, dan Dota adalah tiga contoh gim yang dia mainkan. Ketika para pemain gim sedang berbincang-bincang dalam kolom obrolan, pronomina persona pertama yang sering digunakan adalah gua. Lama-kelamaan, gua beralih menjadi gw. Dugaan Dio, hal ini terjadi lantaran gw dapat diketik dengan waktu yang lebih cepat serta tenaga yang lebih sedikit daripada gua

Selain itu, ekspresi tertawa hahaha pun mengalami peralihan menjadi huahuahua atau huehuehue. Dio menuliskan bahwa hahaha memiliki kesan yang terlalu formal dalam komunitas gim. Kemudian, huahuahua dan huehuehue itu berganti lagi menjadi hwhwhw. Dengan tangan kanan yang harus siap memijat tetikus, hwhwhw yang hanya terdiri atas dua tombol terasa lebih efektif untuk dipencet. Selanjutnya, dengan pertimbangan bahwa huruf k memiliki letak yang lebih menjorok ke kanan di papan ketik dan lebih dekat dengan tangan kanan, hwhwhw disulap menjadi kwkwkwk

Pendapat lain datang dari Johannes Sulistyo. Menurutnya, wkwkwk merupakan penyederhanaan bentuk wakakakak yang diambil dari kata ngakak.

Jawaban Dio dan Johannes membuat saya teringat akan maraknya gim daring di komputer pada waktu itu. Pada 2006—2010, saya pun seorang pemain gim daring. Saya rela menyisihkan uang jajan untuk main gim di warnet. Memang, wkwk sering sekali digunakan oleh para pemain gim. Saya rasa, wkwk memiliki kesan “mengejek” dan cocok dipakai untuk mengolok-olok lawan yang kalah. Lebih dari itu, berdasarkan pengamatan saya, wkwk pun tumbuh subur di kalangan Agan dan Aganwati Kaskuser.

Kini, wkwk tidak hanya kita temukan di dalam komunitas gim atau forum Kaskus. Selain digunakan pada percakapan di ruang virtual, wkwk pun sering kali menyertai takarir-takarir kita. 

Bagi saya, wkwk merupakan fenomena kebahasaan yang menarik untuk diteliti. Ada satu gejala bahasa yang disebut onomatope, yakni peniruan bunyi yang diasosiasikan dengan benda atau perbuatan itu (Kridalaksana, 2008: 167). Dalam bahasa Indonesia, contoh onomatope adalah kukuruyuk yang berasosiasi dengan bunyi ayam, gedebuk dan gubrak sebagai tiruan bunyi sesuatu yang jatuh, om telolet om–yang sempat viral itu–sebagai mimikri bunyi klakson bus, dan sebagainya. Apakah wkwk merupakan onomatope?

Berdasarkan pengertian dan contoh-contoh di atas, tentu ada kebimbangan untuk menggolongkan wkwk sebagai bentuk onomatope. ‘Kan, kita tidak pernah mendengar seseorang tertawa dengan wkwk secara langsung? Hingga hari ini, pada umumnya kita tertawa dengan natural lewat haha atau hehe. Oleh karena itu, rasanya tidak seratus persen sahih apabila kita mengatakan bahwa wkwk adalah onomatope. Namun, di lain sisi, kita tahu kalau kata tersebut berasosiasi dengan verba tertawa.

Nah, menurut Kerabat Nara, bagaimana? Apakah wkwk adalah onomatope?  

 

Rujukan

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin