Keduanya sama saja. Ke luar atau keluar, toh, sama-sama bertentangan dengan dalam. Oh, ternyata yang benar itu keluar karena lawan katanya adalah masuk. Eh, bukannya ke luar berarti berantonim dengan ke dalam? Kalau begitu, ke luar dan keluar sama-sama bisa digunakan, ya. Terus, bagaimana cara membedakannya? Enggak tau, ah, tulis saja, toh sama-sama bertentangan dengan dalam.

Setidaknya, itulah yang bergumul di dalam kepala saya pada beberapa tahun yang lalu. Perkara ke luar dan keluar memang seolah tidak terbedakan dalam percakapan sehari-hari. Akan tetapi, ketika sedang menulis, ke luar dan keluar berhasil membuat saya berhenti sekian detik lantaran saya kebingungan. Pada akhirnya, meskipun tulisan tersebut rampung, saya tetap tidak tahu perbedaan ke luar dan keluar.

Suatu hari, saat sedang mengerjakan tulisan lain, saya berhenti lagi selama sekian detik. Bedanya, kala itu saya bersedia untuk tersendat lebih lama. Saya menutup buku tulis dan mencari perbedaan ke luar dan keluar melalui internet.

Ke merupakan preposisi atau kata depan yang menandakan tempat atau posisi. Ia ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, seperti ke sana, ke kamar, dan ke Indonesia. Tiga contoh tersebut merupakan frasa preposisional, yakni frasa yang terdiri atas kata depan sebagai penanda dan diikuti dengan kata atau frasa sebagai aksisnya. Maka dari itu, guna menandakan tempat atau posisi yang berada di luar, kita menggunakan ke luar. Contoh:  saya pergi ke luar rumah.

Di lain sisi, keluar bukanlah frasa preposisional. Kamus kita mencatat keluar sebagai verba yang berarti ‘bergerak dari sebelah dalam ke sebelah luar’. Contoh: saya keluar dari rumah.

Dari dua contoh tersebut, kita dapat mengidentifikasi bahwa dalam tataran kalimat, ke luar berfungsi sebagai keterangan sedangkan keluar berperan sebagai predikat.

Ke luar dan keluar jelas berbeda. Yang pertama menandakan tempat dan yang kedua mengartikan aktivitas. Ke luar dan keluar dapat digunakan sesuai dengan konteks kalimat. Perlu diketahui pula, ke luar berantonim dengan ke dalam, sedangkan keluar berlawanan dengan masuk.

Akhirnya, saya dapat mengetahui fungsi ke luar dan keluar karena saya mau keluar dari kebiasaan “Enggak tau, ah, tulis aja”. Saya pergi ke luar zona nyaman bukan untuk sekadar merampungkan tulisan, melainkan juga pemahaman.

 

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Harrits Rizqi