Dalam Kamus Linguistik Edisi Keempat (2009), ada satu lema yang menarik perhatian saya pada hari ini, yaitu perifrase. Tentu, kita sudah familier dengan istilah parafrasa. Parafrasa adalah ‘pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi tuturan yang lain tanpa mengubah pengertian’ atau ‘penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi’. Saya rasa, beberapa dari kita pun sudah terbiasa untuk menerapkan parafrasa dalam menulis.

Lantas, apa itu perifrase? Kridalaksana mendefinisikan lema ini sebagai ‘pengungkapan yang panjang sebagai pengganti pengungkapan yang lebih pendek’. KBBI V membakukan lema ini dengan sebutan perifrasa. Intinya, perifrasa dan parafrasa sama-sama merupakan teknik pengungkapan. Keduanya dapat dimanfaatkan untuk menyajikan suatu informasi dalam sebuah teks dengan penyampaian yang berbeda.

Pada mulanya, saya cukup kesulitan dalam membedakan parafrasa dan perifrasa. Namun, tulisan Tri Mastoyo Kesuma (1998) yang berjudul “Ihwal (Teknik) Parafrasa” cukup bisa menerangkan. Beliau menjelaskan bahwa lingkup pemakaian perifrasa lebih sempit ketimbang parafrasa. Menurutnya, “Perifrasa hanya berhubungan dengan rumusan atau pengungkapan yang lebih panjang, sedangkan parafrasa tidak hanya meliputi hal itu.” Terlebih, Kesuma juga menyatakan bahwa perifrasa merupakan bagian dari parafrasa. Beliau memberikan contoh seperti berikut.

1.
a. Kejadian tersebut baru diketahui pembantu rumah sekitar pukul 10.00.
b. Kejadian tersebut baru diketahui oleh pembantu rumah sekitar pukul 10.00.

Penyisipan diksi oleh dalam contoh 1b merupakan bukti perifrasa.

2.
a. Tak seorang pun tidak memperhatikan Opni. Tetapi anak itu manis sekali.
b. Tak seorang pun tidak memperhatikan Opni, tetapi anak itu manis sekali.

Sementara itu, kalimat 2b merupakan contoh parafrasa dari kalimat 2a.

Sebelumnya, saya sudah sempat membahas jenis-jenis parafrasa yang dapat digolongkan menjadi parafrasa ekuivalen, keantoniman ingkaran, generik-spesifik, spesifik-generik, amplifikasi, kontraksi, rangkuman, beda struktur, dan perifrastis. Yang terakhir, yakni parafrasa perifrastis, mempunyai karakteristik yang cocok dengan definisi perifrasa. Dalam tulisan yang sama, Kesuma memberikan contoh penggunaan parafrasa perifrastis melalui kalimat berikut.

1.
a. Ayah ibu sedang pergi.
b. Ayah dan ibu sedang pergi.

2.
a. Buku catatan saya dibawa Mas Djarot.
b. Buku catatan saya dibawa oleh Mas Djarot.

Kalimat 1b dan 2b sama-sama bertambah panjang kendati hanya mendapatkan satu kata sisipan.

Dengan begitu, saya rasa, perifrasa bukanlah saudara kembar parafrasa. Keduanya memang memiliki nama yang serupa. Namun, berdasarkan pemaparan di atas, ternyata perifrasa merupakan salah satu jenis parafrasa.

#perifrasa #parafrasa

Rujukan:

  • Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 1998. “Ihwal (Teknik) Parafrasa”. Humaniora, November–Desember, No. 9, hlm. 46–52. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
  • Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin