Program Tanya Jawab Kebahasaan (Tabah) kembali hadir pada Kamis, 11 September 2025. Episode ke-181 ini menghadirkan Gianluigi Fahrezi (Duta Bahasa Provinsi Banten 2022) atau yang akrab disapa Eji sebagai pemantik, serta Nunung sebagai moderator.
Tabah disiarkan langsung melalui akun Instagram @ivanlanin, @narabahasa, dan @g.fahrezi. Antusiasme Kerabat Nara terlihat dari beragam pertanyaan yang masuk, baik dari media sosial Narabahasa maupun kolom komentar saat siaran berlangsung.
Salah satu pertanyaan menarik yang dibahas adalah kriteria kata dari bahasa asing yang bisa diadopsi atau diserap ke dalam bahasa Indonesia. Ivan Lanin sebagai narasumber tetap program ini menjelaskan bahwa kriteria utamanya adalah kemudahan pelafalan dan kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia. “Yang penting mudah diucapkan dan bisa diserap dengan baik,” jelasnya.
Pertanyaan lain menyinggung penulisan yang benar antara takkan dan tak kan. Ivan menerangkan bahwa tak kan merupakan bentuk pendek dari tidak akan yang lazim digunakan dalam ragam sastra atau kreatif, bukan dalam ragam formal. “Kalau mengikuti pola penulisan lazim, ditulis tak kan. Namun, tetap diingat bahwa bentuk ini tidak digunakan dalam konteks formal,” ungkapnya.
Isu lain yang diangkat adalah soal monoftongisasi dan diftongisasi—apakah hanya boleh dilakukan secara lisan atau bisa dituliskan. Ivan menjelaskan bahwa dalam aturan formal, penulisan bentuk itu dianggap tidak baku. “Namun, jika untuk karya sastra, tentu diperbolehkan karena ada kebebasan berkreasi,” tambahnya.
Sebelum menutup kegiatan, Eji mengungkapkan perasaannya selama menjadi pemantik Tabah. Ia merasa senang dan terhormat bisa ikut serta. “Saya jadi ikut mengira-ngira jawaban dari setiap pertanyaan dan itu mengasah ingatan saya. Semoga ilmu yang pernah didapatkan saat pembekalan Duta Bahasa tetap menempel dan bisa terus digunakan,” tutupnya.
Penulis: Yuhaenida Meilani
Penyunting: Rifka Az-zahra
