Narabahasa mengadakan Kelas Daring Praktis (KDP) bertajuk “Membumikan Karya Ilmiah dengan Tulisan Ilmiah Populer” pada Rabu, 13 Juli 2022. Dalam kelas yang diadakan secara daring melalui Zoom itu, Innezdhe Ayang Marhaeni bertugas sebagai widyaiswara. Sementara itu, Ivan Lanin–Direktur Utama Narabahasa yang juga kerap menjadi widyaiswara–bertugas sebagai moderator.
Sebelum masuk dalam pemaparan materi, Ivan bertanya kepada para peserta mengenai alasan atau harapan mereka mengikuti kelas tersebut. Salah satu yang menjawab pertanyaan itu ialah Josua Satria Collins. Ia mengatakan, “Saya melihat deskripsi kegiatan hari ini soal bagaimana menarasikan karya ilmiah dalam bahasa populer, tetapi tidak menghilangkan keilmiahannya.” Laki-laki yang berprofesi sebagai tenaga ahli di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia itu mengaku belum terbiasa menggunakan bahasa populer. Oleh karena itu, setelah melihat deskripsi kelas, ia memutuskan untuk bergabung.
Sesi pemaparan materi pun dimulai. Ada tiga bahasan yang disampaikan, yaitu karakteristik karya ilmiah, penyusunan artikel ilmiah populer, dan laras bahasa karya ilmiah populer.
Pada bahasan pertama, Innezdhe menjelaskan hakikat dan perbedaan karya ilmiah murni dengan karya ilmiah populer serta jenis artikel ilmiah populer. Menurutnya, artikel ilmiah populer menekankan pada bahasa yang mudah dipahami dan menarik untuk dibaca oleh masyarakat umum. Ia juga menyebut bahwa struktur artikel ilmiah populer lebih fleksibel.
Selanjutnya, pada bahasan mengenai penyusunan artikel ilmiah populer, Innezdhe menguraikan tahap persiapan, penyusunan, dan penyelesaian. Persiapan mencakup pemilihan tema, penggunaan pola, pengumpulan bahan, dan pengamatan. Penyusunan terbagi atas judul, pembuka, tubuh utama, dan penutup. Sementara itu, penyelesaian mempertimbangkan pembuatan ilustrasi, penulisan ulang, penyuntingan, dan pemuatan.
Pada bahasan terakhir, Innezdhe menjabarkan laras dan tataran bahasa. Ia menyampaikan bahwa karya ilmiah populer merupakan gabungan antara laras bahasa jurnalistik dan ilmiah. Meskipun demikian, secara penulisan, karya ilmiah populer cenderung mengikuti laras jurnalistik, yakni paragraf dan kalimatnya pendek, pilihan katanya populer, dan ejaannya tertib.
Sebelum menutup kelas yang berlangsung mulai pukul 19.00 hingga 21.30 WIB itu, Ivan Lanin memberikan sebuah pesan. Ia mengatakan bahwa teori tidak akan bermanfaat jika tidak dipraktikkan. Oleh karena itu, peserta bisa memulai praktik dengan membuat tulisan sendiri di suatu tempat, misalnya Medium–sebuah platform penulisan.
Penulis: Harrits Rizqi
Penyunting: Dessy Irawan