Festival Menyimak: Tidak Sekadar Mendengar
Guna meningkatkan keterampilan menyimak orang Indonesia, Narabahasa menyelenggarakan Festival Menyimak pada Sabtu, 9 Oktober 2021, melalui ruang Zoom. Festival Menyimak adalah satu dari empat subfestival dalam Festival Tetralogi yang berlangsung hingga 30 Oktober 2021.
Adapun yang menjadi pembicara dalam Festival Menyimak adalah Innezdhe Ayang Marhaeni, calon widyaiswara di Narabahasa. Sementara itu, festival yang dihadiri seratus peserta ini dimoderatori oleh Asep Wijaya, sesama calon widyaiswara. Meskipun dilaksanakan pada malam hari, para peserta tetap antusias untuk mengikuti festival tersebut.
Sebelum mendapatkan materi, seluruh peserta terlebih dahulu berpraktik menyimak rekaman dialog dan cerita pendek. Setelah mendengarkannya, para peserta diminta untuk menjawab pertanyaan serta merangkum isi dari kedua rekaman tersebut. Pada kesempatan itu, peserta silih berganti melakukannya.
Usai menyimak, peserta mendapat penjelasan materi. Kepada mereka, Innezdhe menjelaskan bahwa menyimak tidak sekadar mendengarkan, tetapi lebih dari itu.
“Keterampilan menyimak adalah proses mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi makna bunyi bahasa,” ucapnya.
Ia juga mengungkapkan, menyimak adalah hal yang krusial dalam keterampilan berbahasa.
“Kalau kita enggak bisa menyimak dengan baik, kemungkinan besar kemampuan berbahasa yang lain juga enggak akan optimal. Menyimak merupakan salah satu kegiatan kebahasaan yang paling besar perannya karena di sana ada mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi,” lanjut Innezdhe.
Lebih lanjut, Innezdhe memberikan tip kepada para peserta untuk menjadi penyimak yang baik. Dikatakannya, ada tiga tip yang dapat dilakukan dalam menyimak, yaitu fokus, catatan, dan respons.
“Fokus berarti harus bisa memusatkan dan mengetahui jangka perhatian. Catatan berarti disarankan untuk menyiapkan sesuatu yang dapat digunakan untuk menulis kata kunci, kesan mendalam, atau simbol. Terakhir, respons berarti harus bisa menempatkan umpan balik sesuai dengan konteks atau kondisi yang sedang terjadi,” kata Innezdhe dalam paparannya.
Sebelum acara ditutup, para peserta turut diajak berdiskusi untuk menggali ihwal keterampilan menyimak lebih dalam.
***
Penulis: Rassya Priyandira
Penyunting: Harrits Rizqi
Daftar Tag:
Artikel & Berita Terbaru
- Perbedaan Pantomim dan Mime
- Tabah ke-145 bersama Alfan, Harapan III Duta Bahasa Nasional 2023
- Pelatihan Griyaan untuk DJKI: Belajar Menulis Berita yang Efektif
- Hadapi Tantangan Menyusun Laporan Tahunan bersama Narabahasa
- Tabah ke-144 bersama Luthfi, Harapan II Duta Bahasa Nasional 2023
- Dua Pekan Lagi Bulan Bahasa dan Sastra
- Griyaan Penulisan Wara Narabahasa untuk Kemenkeu
- Tabah ke-143 bersama Arianti, Harapan II Duta Bahasa 2023
- Bagaimana Anak Memperoleh Keterampilan Berbahasa?
- KDP Hadir Kembali: Kerinduan yang Sedikit Terobati
- Kreasi Konten Media Sosial Finalis Dubasnas 2024
- Menelisik Peran Nama pada Tempat melalui Kajian Toponimi