Surat untuk Februari

Ayah tuliskan surat cinta untukmu, Kiyah. Awan berarak mengantarkannya.

Dari Lintas Timur:
Para pemberani membangun kerajaannya di sepanjang tepi jalan, menerjang malam berselimut aroma sawit murah. Pada siang, mereka mengeluhkan panas dan berebut ruang hidup dengan ular, di pinggir taman nasional.

Dari pangkal jembatan di Pasar Tanah Abang:
Barisan bergajul mengganjal lambung mereka dengan tablet Tramadol, kereta listrik mengular, gedung tinggi bekerlipan, kembang malam berjaja dengan bedak tebal dan bibir merah segar.

Dari Danau Gunung Tujuh:
Hanya satu petuah usang yang melintas berkali-kali di kepala Ayah dari ketinggian 1.950: “Orang gamang mati jatuh, yang takut air mati hanyut.” Maka pilihan kita hanya satu, menjadi pemberani.

Jadilah pemberani, Kiyah.