Surat untuk Februari oleh Wandi Badindin
Surat untuk Februari
Ayah tuliskan surat cinta untukmu, Kiyah. Awan berarak mengantarkannya.
Dari Lintas Timur:
Para pemberani membangun kerajaannya di sepanjang tepi jalan, menerjang malam berselimut aroma sawit murah. Pada siang, mereka mengeluhkan panas dan berebut ruang hidup dengan ular, di pinggir taman nasional.
Dari pangkal jembatan di Pasar Tanah Abang:
Barisan bergajul mengganjal lambung mereka dengan tablet Tramadol, kereta listrik mengular, gedung tinggi bekerlipan, kembang malam berjaja dengan bedak tebal dan bibir merah segar.
Dari Danau Gunung Tujuh:
Hanya satu petuah usang yang melintas berkali-kali di kepala Ayah dari ketinggian 1.950: “Orang gamang mati jatuh, yang takut air mati hanyut.” Maka pilihan kita hanya satu, menjadi pemberani.
Jadilah pemberani, Kiyah.
Daftar Tag:
Artikel & Berita Terbaru
- Perbedaan Pantomim dan Mime
- Tabah ke-145 bersama Alfan, Harapan III Duta Bahasa Nasional 2023
- Pelatihan Griyaan untuk DJKI: Belajar Menulis Berita yang Efektif
- Hadapi Tantangan Menyusun Laporan Tahunan bersama Narabahasa
- Tabah ke-144 bersama Luthfi, Harapan II Duta Bahasa Nasional 2023
- Dua Pekan Lagi Bulan Bahasa dan Sastra
- Griyaan Penulisan Wara Narabahasa untuk Kemenkeu
- Tabah ke-143 bersama Arianti, Harapan II Duta Bahasa 2023
- Bagaimana Anak Memperoleh Keterampilan Berbahasa?
- KDP Hadir Kembali: Kerinduan yang Sedikit Terobati
- Kreasi Konten Media Sosial Finalis Dubasnas 2024
- Menelisik Peran Nama pada Tempat melalui Kajian Toponimi