Sebelumnya, saya sudah menjelaskan kalimat deklaratif dan imperatif. Kali ini, saya akan memaparkan salah satu jenis kalimat dalam pengklasifikasian sintaksis, yaitu kalimat interogatif.

Ramlan dalam Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis (1987: 33) menyebut kalimat interogatif sebagai kalimat tanya. Tentu saja, fungsi dari jenis kalimat ini adalah untuk menanyakan sesuatu. Kalimat interogatif memiliki pola intonasi yang berbeda dengan kalimat deklaratif. Pada umumnya, kalimat ini diakhiri dengan nada naik.

Selain itu, Moeliono dkk. juga menjelaskan bahwa kalimat interogatif biasa digunakan untuk memperoleh jawaban “ya” atau “tidak” serta informasi tentang sesuatu. Kalimat ini sering kita jumpai lewat kata tanya berupa apa, siapa, bagaimana, kapan, mengapa, dan bagaimana.. 

  • Apa kabarmu?
  • Siapa namanya?
  • Kapan dia berangkat?
  • Mengapa kamu menangis?
  • Bagaimana caranya?

Sering kali, kata-kata di atas diakhiri dengan partikel -kah untuk mempertegas pertanyaan. Namun, apabila kata tanya terletak pada akhir kalimat, penggunaan partikel -kah tidak begitu umum untuk digunakan.

  • Siapakah namanya?
  • Namanya siapa?

Saya menemukan pola yang menarik dalam kalimat interogatif. Ternyata, kalimat interogatif dapat dibentuk dengan memodifikasi kalimat deklaratif. Perhatikan contoh di bawah ini.

  • a. Dia istrinya Pak Hari.
  1. Apakah dia istrinya Pak Hari?
  • a. Lisa berangkat ke Jakarta, besok sore.
  1. Kapan Lisa berangkat ke Jakarta?
  • a. Andry menangis karena jatuh dari pohon.
  1. Mengapa Andry menangis?

Dapat dilihat, kalimat a merupakan bentuk deklaratif, sedangkan b adalah bentuk interogatif yang ditandai lewat kata tanya apakah, kapan, dan mengapa beserta intonasi yang meninggi di akhir kalimat.

Ada beberapa kaidah yang perlu diperhatikan untuk membentuk kalimat interogatif berdasarkan kalimat deklaratif. Simak pemaparan berikut.

 

Mengandalkan Kata Dapat, Bisa, Harus, Sudah, atau Mau

Kita bisa membentuk kalimat interogatif dari bentuk deklaratif yang memiliki kata dapat, bisa, harus, sudah, atau mau. Kata-kata tersebut perlu dipindahkan ke awal kalimat dan dibubuhi partikel -kah.

  • a. Lisa bisa berangkat ke Jakarta sekarang.
  1. Bisakah Lisa berangkat ke Jakarta sekarang?
  • a. Dia mau jadi istrinya Pak Hari.
  1. Maukah dia jadi istrinya Pak Hari?
  • a. Saya harus menyelesaikan masalah ini.
  1. Haruskah saya menyelesaikan masalah ini?
  • a. Bapak sudah minum obat. 
  1. Sudahkah Bapak minum obat?

Kata-kata yang menandakan kala seperti telah dan sedang jarang kita temui dalam bentuk interogatif. Namun, dalam karya sastra lama, saya sering menemukan bentuk tanya dengan kata akan.

  • Akankah kamu menunggu aku pulang?
  • Akankah aku sanggup melewati semua ini?

 

Mengubah Urutan Subjek dan Predikat

Kita dapat mengubah pola kalimat deklaratif dalam rangka membentuk kalimat interogatif dengan membalikkan urutan subjek dan predikat. Namun, ada syaratnya. Bentuk deklaratif mesti memiliki predikat yang berupa nomina atau adjektiva. Selain itu, kita juga harus menambahkan partikel -kah pada unsur yang kita pindahkan ke awal kalimat. 

  • a. Buku ini punya saya.
  1. Punya sayakah buku ini?
  • a. Kado ini untuk Mama.
  1. Untuk Mamakah kado ini?
  • a. Bapaknya sedang sakit.
  1. Sedang sakitkah bapaknya?
  • a. Dia tampan.
  1. Tampankah dia?

 

Memperhatikan Jenis Verba

Verba beserta objek dan pelengkapnya dapat dipindahkan ke awal kalimat, selama verba tersebut merupakan verba intransitif, ekatransitif, atau semitransitif. Jangan lupa, kita pun perlu menambahkan partikel -kah pada verba atau pelengkap tersebut.

  • a. Paman bekerja di bengkel mobil.
  1. Bekerja di bengkel mobilkah paman?
  • a. Dia menangis semalam.
  1. Menangiskah dia semalam?
  • a. Andry menolong tetangganya.
  1. Menolong tetangganyakah Andry?

 

Membubuhkan Kata Bukan, Belum, dan Tidak

Bentuk kalimat deklaratif dapat diubah menjadi kalimat tanya lewat pembubuhan kata bukan, belum, dan tidak pada akhir kalimat. Selain itu, bukan dan tidak perlu diakhiri dengan partikel -kah apabila terletak pada awal kalimat.

  • a. Paman bekerja di bengkel mobil.
  1. Paman bekerja di bengkel mobil, bukan?
  2. Bukankah paman bekerja di bengkel mobil?
  • a. Andry menolong tetangganya.
  1. Andry menolong tetangganya, tidak?
  2. Tidakkah Andry menolong tetangganya?
  • a. Lisa sudah tiba di Jakarta.
  1. Lisa sudah tiba di Jakarta, belum?

 

Memanfaatkan Intonasi

Kita bisa membentuk kalimat interogatif tanpa mengubah struktur kalimat dan menambahkan kata apa pun. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan intonasi yang meninggi pada akhir kalimat.

  • a. Paman bekerja di bengkel mobil.
  1. Paman bekerja di bengkel mobil?
  • a. Lisa sudah tiba di Jakarta.
  1. Lisa sudah tiba di Jakarta?

 

 

Rujukan

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin