Sebuah kata dapat mengalami perubahan atau perluasan makna. Menurut Muis dkk. dalam Perluasan Makna Kata dan Istilah dalam Bahasa Indonesia (2010), perubahan makna kata tidak dapat dipisahkan dari pesatnya perkembangan teknologi serta fenomena sosial dan budaya.
Secara garis besar, jenis perubahan makna dapat digolongkan menjadi peyorasi dan ameliorasi.
Peyorasi
Peyorasi adalah perubahan yang membuat makna memiliki pengertian negatif. Contohnya adalah kata babi. Selain mendefinisikan binatang, babi juga diartikan sebagai ‘umpatan yang sangat kasar’. Tentu hal ini kita temui juga pada kata anjing dan monyet. Lebih dari itu, bangsat pun tidak hanya diartikan sebagai ‘kepinding’ atau ‘kutu busuk’. Sekarang, bangsat pun memiliki arti ‘orang yang bertabiat jahat’.
Ameliorasi
Berbeda dengan peyorasi, ameliorasi adalah perubahan yang membuat makna memiliki pengertian positif. Contohnya adalah kata sahaya yang berasal dari bahasa Melayu. Kata ini mengartikan ‘hamba’, ‘abdi’, atau ‘budak’. Namun, saat ini, sahaya berubah bentuk menjadi saya dan berdiri sebagai pronomina persona tunggal yang bebas kasta. Contoh ameliorasi lainnya adalah kata pembantu yang disebut sebagai asisten rumah tangga.
Perlu diketahui, ameliorasi mempunyai dua golongan lagi, yaitu eufemisme dan disfemisme. Kridalaksana (2009: 59) menuliskan bahwa eufemisme adalah pemakaian kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan atau tabu, seperti mati menjadi meninggal dan berak menjadi buang air besar. Bahkan, ada pula anggapan bahwa mengamankan adalah eufemisme dari menangkap.
Golongan yang kedua, disfemisme, adalah perluasan makna dengan makna yang lebih kasar, lebih ofensif (Muhadjir 2017: 99). Contohnya adalah pencuri yang diungkapkan dengan maling.
Perubahan Makna Lain
Di luar dua jenis umum tersebut, Muis dkk. pun menambahkan klasifikasi lain berdasarkan penelitian yang sudah mereka lakukan. Sebuah makna dapat juga mengalami perubahan akibat perluasan murni, seperti saudara yang tadinya dilekatkan dengan sifat biologis atau kekeluargaan. Saat ini, saudara dapat menjadi sapaan umum pada situasi formal.
Selain itu, makna kata dapat berubah karena penyempitan. Contohnya adalah sarjana yang mulanya mengartikan ‘orang pandai’ atau ‘cendekiawan’. Sekarang, tanpa membuka kamus, besar kemungkinannya bahwa kita hanya memahami sarjana sebagai seseorang dengan gelar strata satu.
Kemudian, pemakaian kata yang lintas bidang juga mampu memperluas makna sebuah kata. Contohnya adalah kata menggarap yang biasa digunakan pada bidang pertanian atau perkebunan. Kini, menggarap pun dimanfaatkan untuk bidang kreatif, seperti frasa menggarap desain atau menggarap tulisan.
Lalu, ada pula perubahan makna yang diakibatkan oleh sinestesia, yaitu pertukaran respons indra. Contohnya terdapat pada kalimat Kritiknya pedas benar. Padahal, kita sama-sama tahu bahwa kritik disampaikan lewat tulisan atau ujaran yang memanfaatkan indra penglihatan dan pendengaran. Kita tidak merasakan kritik lewat indra pengecap.
Klasifikasi yang terakhir adalah asosiasi, misalnya, amplop yang diasosiasikan dengan angpau atau uang pada kalimat Saya sudah memberikan amplop kepada anak-anak. Contoh lainnya adalah makna ‘jabatan’ atau ‘kedudukan’ yang diasosiasikan lewat kata kursi: Saya sudah lama mengincar kursi itu.
Tidak mudah untuk menentukan perubahan makna. Kita perlu menelusuri asal kata, yakni definisi asli dari sumber bahasanya. Tentu saja, kadang pemadanan juga menyertakan pengubahan makna. Lebih dari itu, pemutakhiran kamus kita pun sering kali melakukan pembaruan makna.
Rujukan:
- Babi. 2016. Pada KBBI V Daring. Diambil pada 15 Maret 2021, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/babi.
- Bangsat. 2016. Pada KBBI V Daring. Diambil pada 15 Maret 2021, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bangsat.
- Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Markoem, Muhadjir. 2017. Semantik dan Pragmatik: Edisi Kedua. Tangerang: Pustaka Mandiri.
- Muis, dkk. 2010. Perluasan Makna Kata dan Istilah dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin