Pada Februari 2016, Saipul Jamil ditetapkan sebagai tersangka kasus pencabulan terhadap anak. Setelah bebas pada 2 September 2021, Saipul Jamil disambut bak pahlawan, dikalungi bunga. Dia lantas tampil dalam salah satu acara pada stasiun televisi nasional dan mendapatkan kecaman dari publik.
Reza Indragiri, seorang pakar psikologi forensik Indonesia, mengatakan bahwa Saipul Jamil tidak pantas disebut sebagai seorang pedofil. Pedofilia, berdasarkan kamus Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, adalah ‘aktivitas seksual yang melibatkan anak kecil, umumnya di bawah usia 13’. Sementara itu, KBBI mencatat arti ‘kelainan seksual yang menjadikan anak-anak sebagai objek seksual’ pada lema tersebut. Dapat dibilang, seorang pedofil menyasar anak-anak yang belum mengalami pubertas.
Istilah lain yang lebih cocok disematkan terhadap Saipul Jamil, menurut Reza, adalah efebofilia, yaitu ‘kelainan seksual yang menjadikan anak remaja pascapubertas (antara 16—19 tahun) sebagai objek seksual’. Kata ini sudah tercatat dalam kamus kita. Fred Berlin, seorang seksolog dan psikiater menyatakan, “Efebofilia adalah kondisi ketika seseorang tertarik (secara seksual) kepada mereka yang berada dalam masa puber, bukan anak-anak praremaja.” Meskipun demikian, perlu pengusutan yang lebih lanjut untuk mengetahui jika sang pelaku betul-betul memiliki hasrat khusus terhadap remaja. Lebih dari itu, Reza menyatakan bahwa Saipul Jamil mungkin bisa juga disebut sebagai seorang homoseksual fakultatif.
Imaduddin (2017) dalam “Pedofilia: Memahami Para Setan Modern” menulis, “Istilah ‘pedofil’, ‘pedofilia’, atau ‘aksi pedofilia’ justru menjadi payung istilah untuk segala jenis aksi dan pelaku pelecehan seksual terhadap anak.” Pedofilia, efebofilia, dan homoseksual fakultatif adalah istilah yang berbeda untuk menandakan orientasi seksual. Ketiganya pun tidak selalu berujung pada kekerasan seksual. Namun, sederet judul berita pada media massa seolah mengidentikkan orientasi seksual dengan kekerasan seksual.
Apa pun orientasi seksualnya, tindakan Saipul Jamil adalah bentuk kekerasan. Perbuatan itu menyisakan trauma bagi korban. Kontrasnya, ketua KPI sempat bilang bahwa Saipul Jamil boleh memberikan edukasi tentang kejahatannya. Hal ini rasanya tidak jauh berbeda dengan glorifikasi koruptor pada beberapa waktu yang lalu. Lagi-lagi, jangan sampai ada penyematan kata penyintas untuk mereka yang melakukan tindak kejahatan, terlebih jika korbannya adalah anak-anak.
Rujukan:
- Briantika, Adi. 2021. “Saipul Jamil Pelaku Kekerasan Seksual Anak, Tak Perlu Diglorifikasi”. Diakses pada 9 September 2021.
- Efebofilia. 2016. Pada KBBI V Daring. Diakses pada 9 September 2021, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/efebofilia.
- Ds, Edy Junaedi. 2021. “Pakar Psikologi Sebut Saipul Jamil Tidak Pantas Jika Dituduh Pelaku Pedofilia”. Diakses pada 9 September 2021.
- Hakim, Rakhmat Nur. 2021. “Perjalanan Kasus Saipul Jamil dari Pencabulan terhadap Anak, Penyuapan Panitera Pengadilan, hingga Bebas”. Diakses pada 9 September 2021.
- Imaduddin, Firman. 2017. “Pedofilia: Memahami Para Setan Modern”. Diakses pada 10 September 2021.
- Pedofilia. t.t. Pada Kamus Kemenkes. Diakses pada 9 September 2021, dari https://www.kemkes.go.id/index.php?txtKeyword=pedofilia&act=search-by-map&pgnumber=0&charindex=&strucid=1280&fullcontent=1&C-ALL=1.
- Pedofilia. 2016. Pada KBBI V Daring. Diakses pada 9 September 2021, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pedofilia.
- Rebello, Lara. 2017. “What is ephebophilia? Some say attraction to teens is not the same as paedophilia”. Diakses pada 9 September 2021.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin