
Transliterasi, Penyerapan, dan Urgensi Pemadanan
Transliterasi dan penyerapan merupakan dua proses yang saling melengkapi, apalagi dalam konteks pemadanan kata asing. Pada artikel ini, saya akan mencoba untuk mengurai perbedaan antara transliterasi dan penyerapan beserta contoh-contohnya. Kemudian, saya juga akan sedikit beropini tentang urgensi pemadanan kata asing.
Mudahnya, transliterasi adalah pengalihaksaraan. Bahasa Indonesia memanfaatkan aksara Latin, yakni huruf a hingga z. Sementara itu, bahasa Korea menggunakan aksara Hangul atau Hangeul. Dengan adanya transliterasi, kita sebagai pembaca awam tidak perlu mempelajari aksara Hangul untuk bisa berbahasa Korea, khususnya dalam konteks pertuturan. Namun, apabila ingin mendalami suatu bahasa secara lebih jauh, sebaiknya kita pun turut mempelajari aksaranya. Seorang mahasiswa jurusan sastra, misalnya, perlu mempelajari aksara-aksara yang digunakan dalam sebuah bahasa. Dengan ini, mereka dapat menguasai ihwal ortografi dan fonografi.
Terkadang, hasil transliterasi perlu disesuaikan lagi. Adzan adalah salah satu kata yang dapat menggambarkan penyesuaian ini. Kata tersebut merupakan hasil transliterasi dari aksara Arab ke dalam aksara Latin. Dalam bahasa Indonesia, kita tidak mengenal pola gabungan huruf konsonan dz. Oleh karena itu, lewat pembakuan, adzan berubah menjadi azan. Bunyi zal dalam bahasa Arab diwakili oleh huruf z dalam bahasa Indonesia. Penyesuaian lewat pembakuan inilah yang kemudian disebut sebagai penyerapan.
Apakah proses penyerapan harus selalu diawali dengan transliterasi? Tentu tidak. Apabila kita hendak menyerap kata dari bahasa Inggris, kata tersebut tidak perlu mengalami alih aksara sebab bahasa Inggris dan Indonesia sama-sama menggunakan aksara Latin. Lebih dari itu, jika kedua bahasa sudah memiliki jenis aksara yang sama, pengadopsian sebuah kata tidak terbatas pada penyerapan saja. Dalam pemadanan, penerjemahan langsung, penerjemahan dengan perekaan, dan perekaciptaan juga dapat dilakukan.
Pertanyaan selanjutnya, apakah pemadanan perlu dilakukan? Saya lihat, banyak Kerabat Nara yang merasa pemadanan sering kali menghasilkan hasil yang memaksa, tidak pas, atau ketinggalan zaman. Bahkan, ada pula yang menganggap jika proses ini mampu mengubah makna.
Bagi saya, pemadanan tetap perlu dilakukan, biarpun banyak hasilnya yang kita anggap buruk. Ketika sedang menulis, saya akan melakukan riset. Dalam proses inilah saya sering berhadapan dengan istilah asing. Pertama-tama, saya akan mencoba mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. Tentu saya ingin bahasa Indonesia bisa menyampaikan pesan yang saya maksud. Namun, apabila padanan kata tersebut malah memberatkan hati, saya akan menggunakan bahasa asing—pastinya dengan dicetak miring.
Padanan yang tidak sesuai biasanya menyangkut perubahan makna atau bunyi yang terdengar asing di telinga. Padahal, dua dari beberapa syarat dalam pemadanan kata asing adalah ketepatan makna dan kepaduan bunyi. Jika kita telusuri lagi, banyak padanan kata yang perlu ditinjau ulang. Saya rasa, pemadanan itu ibarat pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya. Pemutakhiran sebaiknya diupayakan secara teliti dan berkala sesuai dengan kebutuhan zaman.
Rujukan:
- Hudaa, Syihaabul. 2019. “Transliterasi, Serapan, dan Padanan Kata: Upaya Pemutakhiran Istilah dalam Bahasa Indonesia”. Dalam Jurnal SeBasa: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 2, No. 2, Mei, hlm. 1–6. Nusa Tenggara Barat: Universitas Hamzanwadi.
- Sriyanto. 2015. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Ejaan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
- Qodratillah, Meity Taqdir. 2016. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Tata Istilah. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
Bagaimana tanggapan Kerabat Nara?
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Artikel & Berita Terbaru
- Memahami Arti “Rakyat”
- Krul: Simbol Penerimaan
- Dari Buku ke Bilik Suara: Memanfaatkan Sastra untuk Memilih Pemimpin Negara
- Tantangan dalam Penulisan Berita dan Siaran Pers
- Strategi Optimalkan Konten Medsos
- Griyaan OJK: Naskah Dinas Lebih Menarik dan Efisien
- Mengenal Antropologi Linguistik
- Nasib Bahasa Daerah di Tengah Perayaan Bulan Bahasa
- Saudara Anjing
- Mempelajari Ragam Laras Bahasa untuk Institusi Formal
- Penulisan Latar Belakang Karya Ilmiah Mahasiswa
- Kelas Luring Rasa Privat bersama IAPI