Idulfitri 1442 H sudah di depan mata. Banyak dari kita yang sudah atau sedang menyiapkan bingkisan untuk dikirim kepada orang-orang tercinta. Bingkisan ini sering disebut sebagai hamper atau parsel.

Faktanya, parsel pertama kali populer di Prancis sebelum abad ke-11 dengan sebutan hanapier yang berarti ‘a case of goblets’. Tradisi pengiriman hanapier yang berisi makanan dan minuman kemudian berkembang pada era Victoria di Britania Raya sebagai hadiah Natal. Bahkan, seiring berjalannya waktu, parsel atau hamper juga dijadikan sebagai hadiah ulang tahun.

Sementara itu, di India, tradisi mengirim parsel saat Ramadan disebut eidi. Kaum muslim di Lhasa, Tiongkok, pun melakukan hal yang sama, yakni bertukar bingkisan dengan saudara etnis Tionghoa Han dan Tibet. Beralih ke tanah air kita, kebiasaan ekspedisi hamper atau parsel di Indonesia berawal dari kebiasaan perempuan yang mengirimkan makanan kepada pejuang laki-laki di medan perang. Tradisi ini pun terus berlanjut setelah Indonesia merdeka dan makin marak dilaksanakan ketika perayaan Idulfitri serta Natal. 

Lalu, mengenai istilahnya, manakah yang tepat, parsel atau hamper? Kamus kita hari ini mendefinisikan parsel sebagai ‘bingkisan yang berisi berbagai hadiah, seperti aneka kue, makanan dan minuman dalam kaleng, barang pecah belah, yang ditata apik dalam keranjang dan dikirimkan kepada orang-orang tertentu pada hari raya’. Kemudian, hamper diartikan sebagai ‘parsel’. 

Saya membaca satu artikel yang menarik dari Holy Adib mengenai penyerapan ini. Kedua kata tersebut diduga diserap dari bahasa Inggris. Namun, maknanya mengalami penyesuaian. Menurut kamus Cambridge daring, parcel adalah ‘thing(s) wrapped and tied, usually to be sent by post’, sedangkan menurut kamus Merriam Webster daring, parcel berarti ‘a wrapped bundle’. Di lain sisi, hamper adalah ‘a large basket usually with a cover for packing, storing, or transporting articles (such as food or laundry)’ dan ‘a large basket with a lid’. 

Kita bisa lihat, arti kata parcel tidak spesifik merujuk pada makanan dan minuman. Bahkan, tidak ada konotasi hadiah di situ. Barulah pada entri hamper kita bisa memahami bahwa barang yang dikemas dan dikirim itu bisa saja berupa makanan.

Uniknya, makna parsel dalam bahasa Indonesia dikaitkan dengan hari raya. Padahal, jika kita merujuk pada sejarahnya, parsel atau hamper bisa juga dikirimkan sebagai hadiah ulang tahun—meskipun kamus bahasa Prancis dan Inggris tidak mengisyaratkan arti demikian. Lebih dari itu, parsel dan hamper juga menyertakan minuman sebagai bagian dari hadiah.

Makna kata parsel dan hamper menunjukkan bahwa penyesuaian dalam penyerapan tidak hanya terbatas pada bentuk. Makna kata pun dapat turut dimodifikasi sesuai dengan kebiasaan penutur suatu bahasa. Jadi, di Indonesia, manakah yang lebih tepat: parsel atau hamper? Menurut saya, keduanya sama saja. Yang terpenting, kita mengirimkannya dengan ikhlas. Bukankah begitu?

 

Rujukan:

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin