Ngaret dan Jam Karet
Bahasa Indonesia punya satu kata unik yang dapat menggantikan makna ‘telat’ atau ‘terlambat’. Kata itu ialah ngaret. Barangkali, beberapa dari Kerabat Nara kerap memanfaatkan kata tersebut. Bagaimana kata itu terbentuk?
Kemungkinan terbesar, kata tersebut merupakan turunan dari karet. Dalam KBBI V, salah satu makna karet dalam ragam cakapan ialah ‘dapat (mudah) mulur dan mengerut (tidak tentu, tidak pasti, dan sebagainya)’. Kemudian, ada kata mengaret yang berarti ‘tertunda; mundur (tentang waktu); tertunda’. Dari situlah ngaret dapat tercipta.
Namun, perlu diketahui pula, bahasa kita mengenal ungkapan jam karet. Kata majemuk itu sudah terdaftar dalam kamus dan tergolong sebagai kiasan yang berarti ‘waktu tidak tepat, terlambat dari waktu yang telah ditentukan (dalam rapat, pertemuan, dan sebagainya)’. Beberapa jurnalis dalam media massa daring pun sudah memanfaatkan komposisi jam karet sebagai judul berita.
Saya jadi penasaran. Apabila ada WNA yang bertanya kepada saya mengenai arti ngaret atau jam karet, bagaimana cara saya menjelaskannya, ya? Barangkali saya bakal makin terbata-bata jika dia bertanya mengapa ngaret bisa bermakna ‘ketidaktepatan waktu’. Saya lantas mencari padanan ngaret dan jam karet dalam bahasa Inggris melalui internet.
Ternyata, beberapa penulis memadankan jam karet dengan rubber time. Itu merupakan penerjemahan langsung. Lotte Trost (2020), seorang pelajar kajian Asia kontemporer dari Universitas Amsterdam, menyatakan bahwa
“Jam translates as time and karet means rubber. Time being rubberish, or stretching from minutes to hours, suggests flexibility and the unsureness of time. Jam karet is a widely known concept in Indonesia, and it is used to indicate that time in Indonesia moves at a different, slower pace. In practice, it means arriving late and waiting are common habits and experiences.”
Saya sedikit risau. Budaya keterlambatan manusia Indonesia sudah terekspos dalam media massa luar negeri! Namun, ternyata bukan kita saja yang suka terlambat atau abai atas ketepatan waktu. Ada istilah Kenyan time untuk masyarakat Kenya, Indian Standard Time yang dimanfaatkan orang India, dan Fillipino time yang digunakan oleh warga negara Filipina. Tiga istilah tersebut bermakna ‘keterlambatan seseorang untuk memenuhi janji atau menggelar sebuah acara’. Ternyata, bukan orang Indonesia saja yang tidak menghargai waktu.
Saya jadi makin risau.
#ngaret #jamkaret
Rujukan:
- Gharib, Malaka. 2018. “People All Over The World Are Late For A Very Important Date. Is That So Bad?”. NPR. Diakses pada 23 Mei 2022.
- Trost, Lotte. 2020. “Jam Karet: An Indonesian Approach to Time”. Asian Options. Diakses pada 23 Mei 2022.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
Bagaimana tanggapan Kerabat Nara?
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Artikel & Berita Terbaru
- Keterampilan yang Dibutuhkan Penulis Wara
- Empat Unsur Gramatika sebagai Kunci Kemampuan Menata Tulisan
- Bahan Pertimbangan sebelum Mengirim Artikel ke Jurnal
- Bjir dan Bjrot
- Penulisan Infografik yang Mencakup Semua Hal
- Berbahasa Indonesia, Sulit atau Mudah?
- Pola Frasa dalam Bahasa Kita
- Kelas Perdana Penulisan Skenario dalam Produksi Video
- Penulisan Mikrokopi UX yang Ramah Pengguna
- Kiat Penyusunan Dokumen untuk Konsultan Proxsis
- Penyunting yang Tak Sama dengan Penguji Baca
- Mengenal Penulisan Artikel dan Esai Lebih Dalam