Terkait

oleh Ivan Lanin

Kata terkait sedang populer. Popularitas itu muncul dengan makin maraknya penggunaan kata terkait sebagai preposisi (kata depan) atau konjungsi (kata hubung). Meski dalam bahasa Indonesia ada kata yang dapat berubah kelas tanpa perubahan bentuk—disebut juga transposisi, kita perlu mencermati apakah transposisi terhadap kata terkait itu sudah tepat.

Sejatinya, terkait merupakan verba (kata kerja) dengan empat arti. Yang pertama ‘sudah dikait; tidak sengaja mengait’, misalnya Perahu itu terkait di batang pohon. Arti yang kedua ialah ‘dapat dikaitkan’, misalnya Isu itu terkait dengan keamanan nasional. Kemudian, yang ketiga ialah ‘bersangkut paut (dengan)’, misalnya Kericuhan itu terkait dengan ketidakpuasan pendukung. Terakhir, arti ‘ada kaitannya’, misalnya Unit yang terkait diharap hadir dalam rapat.

Belakangan, penutur bahasa Indonesia sering menggunakan kata terkait untuk mengganti kata tentang, terhadap, dalam, atau karena. Coba lihat contoh kalimat berikut.

  1. Topik terkait pencemaran lingkungan sangat diminati.
  2. Perusahaan menolak berkomentar terkait tuduhan suap itu.
  3. Mereka tidak mau dilibatkan terkait masalah itu.
  4. Rapat berlangsung alot terkait peliknya isu yang dibahas.

Sekarang, bandingkan kalimat di atas dengan kalimat di bawah ini.

  1. Topik tentang pencemaran lingkungan sangat diminati.
  2. Perusahaan menolak berkomentar terhadap tuduhan suap itu.
  3. Mereka tidak mau dilibatkan dalam masalah itu.
  4. Rapat berlangsung alot karena peliknya isu yang dibahas.

Tentu saja bahasa merupakan konvensi penuturnya. Tiada yang dapat melarang penutur untuk menggunakan terkait seperti pada kalimat 1 s.d. 4. Namun, segala sesuatu yang berlebihan itu mubazir, ‘kan? Terlalu sering menggunakan kata terkait pun demikian. Cobalah kreatif. Ketika akan memakai kata itu, uji dulu apakah sebenarnya kita dapat menggantinya dengan tentang, terhadap, dalam, atau karena. Keempat kata tugas itu memiliki arti yang lebih spesifik.

 

Referensi:

Moeliono, Anton M., dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Penulis: Ivan Lanin

Penyunting: Dessy Irawan

Anda mungkin tertarik membaca

Tinggalkan Komentar