Kita telah mengetahui bahwa awal kata dalam sebuah kalimat selalu dimulai dengan huruf kapital. Awal kalimat dalam petikan langsung juga menggunakan huruf besar, seperti, “Dia mengeluh, ‘Kenapa hidup terasa tidak adil?’”. Selain itu, nama agama, kitab suci, sebutan Tuhan beserta sinonimnya, dan kata ganti untuk Tuhan pun ditulis dengan awalan kapital.
Selain hal-hal yang saya sebut di atas, gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, jabatan, dan akademik yang mengikuti nama orang, juga ditulis dengan awalan kapital. Misalnya, Sultan Hamengkubuwono; Haji Mahmud; Nabi Nuh; Profesor Snape; dan Budianto, Sarjana Hukum. Hal ini berlaku pula dalam kata sapaan seperti Selamat siang, Direktur atau Selamat tidur, Presiden. Selanjutnya, huruf kapital digunakan untuk menuliskan nama bangsa, suku, dan bahasa.
Panduan dalam menulis huruf kapital dapat dibaca lebih lanjut pada PUEBI. Bagi saya, ada dua hal yang sering kali menjadi pertanyaan soal penulisan huruf kapital. Pertama, bagaimana kapitalisasi huruf pada penulisan judul? Kapan kita menuliskan kata dalam judul dengan awalan huruf besar?
Perlu dicatat, apa pun kelas katanya, kata pertama dalam judul ditulis dengan awalan kapital. Ini adalah ketentuan yang paling mudah untuk diingat. Kemudian, mereka yang tidak diletakkan di awal kalimat dan merupakan kata tugas, dicetak dengan awalan huruf kecil. Kelas kata tugas mencakup:
- preposisi (di, dari, ke, dengan);
- konjungsi (yang, dan, atau, serta);
- artikula (sang, si, para);
- interjeksi (wah, eh, oh); dan
- partikel penegas (-lah, -tah, pun).
Perhatikan juga bahwa hanya jenis kata ulang sempurna/utuh atau dwilingga yang ditulis dengan awalan kapital. Kata ulang sempurna adalah pengulangan kata tanpa perubahan fonem serta huruf dan pengimbuhan, seperti Rumah-Rumah, Undang-Undang, dan Kata-Kata. Sementara itu, contoh kata ulang tidak sempurna adalah Berpindah-pindah, Meniup-niup, dan Menari-nari.
Hal berikutnya yang menarik untuk dibahas adalah perihal penulisan nama merek. Teman saya pernah bertanya, “Eh kalo mau nulis ‘WhatsApp’ tuh pake huruf besar, kecil, atau miring, sih?” dan “Macbook, macbook, atau Macbook? Atau jangan-jangan, macbook?”. Kerap kali, kita merasa bahwa semua kata asing mesti dicetak miring. Padahal, nama merek cukup ditulis dengan awalan kapital saja, tidak perlu dicetak miring.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Dessy Irawan
8 komentar
Kalau kebijakan pemerintah apakah ditulis kapital? Misal kurikulum merdeka, kartu prakerja, dll?
Kalau untuk penulisan menu dalam artikel aturannya bagaimana? Misalnya, “Kafe Anker menyajikan gado-gado, Sup Jagung Kepiting, kopi Anker, nasi goreng kebuli, bakwan Malang, Grilled Chicken Ratatuille”
Apakah sudah benar begitu?
terimakasih infonya sangat menarik, ternyata nama merek cukup ditulis dengan awalan kapital saja.
Yap. :)
Sebagai content writer saya selalu memperoleh hal-hal baru yang belum saya ketahui. Terima kasih Narabahasa.
Wah, Nara senang sekali bisa memberikan manfaat pada Kerabat Nara. Terima kasih kembali, Mas.
Terima kasih. Informasinya sangat membantu.
Terima kasih kembali, Mbak!