Saat berencana menulis topik ini, hal pertama yang saya pikirkan ialah bagaimana menyampaikannya dengan cara yang sederhana kepada Kerabat Nara. Sewaktu kuliah, saya pun berusaha mati-matian untuk mengerti dekomposisi leksikal. Jika tulisan saya setelah kalimat ketiga ini sulit dicerna, jangan sungkan untuk bertanya melalui kolom komentar, ya, Kerabat Nara. 

Dekomposisi leksikal merupakan istilah yang digunakan Cruse (2000: 235—238) dalam menganalisis makna. Cruse melihat beberapa penyebab kebutuhan atas dekomposisi leksikal, yaitu kesamaan parsial, korelasi, diskontinuitas, dan paralel kompleks. Tarik napas perlahan, Kerabat Nara. Saya akan uraikan satu per satu. 

Penyebab pertama perlunya dekomposisi leksikal ialah kesamaan parsial. Satu kata dengan kata yang lainnya memiliki dua kemungkinan, yaitu (1) memiliki kesamaan makna dan (2) memiliki perbedaan makna. Contoh kesamaan parsial dalam bahasa Inggris ialah kata mare (kuda betina) dan stallion (kuda jantan). Persamaan kedua kata tersebut adalah keduanya mengandung komponen [KUDA]. Akan tetapi, keduanya juga memiliki perbedaan. Jika mare mengandung komponen [BETINA], stallion tidak memiliki komponen tersebut. Stallion mengandung komponen [JANTAN], sedangkan mare tidak. 

Penyebab kedua perlunya dekomposisi leksikal ialah kata-kata yang berkorelasi. Kata yang memiliki kesamaan parsial merupakan bukti bahwa adanya korelasi antara satu kata dan kata lainnya. Contoh korelasi yang terdapat dalam komponen [PEREMPUAN] ialah ibu, istri, wanita, tante, betina, dsb. 

Penyebab ketiga perlunya dekomposisi leksikal ialah diskontinuitas. Dalam beberapa hal, ada beberapa bukti langsung yang menunjukkan ketidaksinambungan makna atau yang disebut dengan diskontinuitas. Sebagai contoh, dalam I almost killed her terdapat ambiguitas makna, yaitu (1) saya sedang melakukan aksi, misalnya menarik pelatuk pistol, yang menyebabkan dia (her) meninggal dan (2) saya beraksi sedemikian rupa sehingga menyebabkan dia hampir meninggal. Ambiguitas kalimat tersebut merupakan anggapan otonomi fungsional untuk komponen [CAUSE] atau menyebabkan dan [DIE] atau mati di dalam makna kill atau membunuh. Kedua makna tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

  • almost ([CAUSE] [DIE])
  • [CAUSE] (almost [DIE])

Penyebab keempat perlunya dekomposisi leksikal ialah paralel kompleks. Dalam banyak kasus, bentuk sederhana gramatikal memiliki ciri semantik yang serupa atau sejajar dengan bentuk yang kompleks. Sebagai contoh, perbandingan rise/fall dengan lengthen/shorten dalam bahasa Inggris. Lengthen dan shorten memiliki hubungan morfologis dengan long dan short. Maknanya pun dapat dianalisis menjadi [BECOME] [MORE] [LONG] dan [BECOME] [MORE] [SHORT]. Dengan mengingat bahwa perbedaan antara lengthen dan shorten sama dengan perbedaan antara rise dan fall serta dengan mengingat bahwa relasi makna antara lengthen dan long sama dengan relasi makna antara rise dan high, tentunya komponen dari rise dan fall dapat menjadi [[BECOME] [MORE] [HIGH] dan [BECOME] [MORE] [LOW].

Keempat hal itulah yang menyebabkan dekomposisi leksikal berkeliaran dalam jagat ilmu linguistik. Apakah Kerabat Nara sudah melambaikan tangan ke kamera? Jika belum, selamat! Kerabat Nara berhasil memahami sampai akhir. Setelah artikel ini, saya akan menguraikan tujuan cara melakukan dekomposisi leksikal. Sampai jumpa dalam kerumitan selanjutnya.  

 

#dekomposisileksikal #semantik #komponenmakna

Referensi:  Cruse, Alan. (2000). Meaning in Language: An Introduction to Semantics and Pragmatics. Oxford: OUP Oxford.

Penulis: Dessy Irawan

Penyunting: Ivan Lanin