Bahasa bersifat arbitrer. Artinya, bahasa itu manasuka, suka-suka, dan sewenang-wenang. Pandangan ini dipopulerkan oleh Ferdinand de Saussure, linguis asal Swiss.
Sudah pernah saya jelaskan sebelumnya dalam artikel “Penanda dan Petanda Ferdinand de Saussure” bahwa Saussure mengemukakan dua sisi bahasa, yakni imaji bunyi (penanda) dan konsep (petanda). Ketika menulis, mengucap, atau mendengar kata gunung (penanda), misalnya, kita dapat membayangkan konsep gunung (petanda): tinggi, berpuncak, berkabut, dan penuh dengan pohon. Bagi Kerabat Nara yang dapat berbahasa Inggris, penanda mountain juga menyiratkan konsep yang serupa: tinggi, berpuncak, berkabut, dan penuh dengan pohon. Kesimpulannya, penanda yang berbeda dapat merujuk pada petanda yang sama. Inilah salah satu contoh kearbitreran bahasa.
Dalam buku Language and Meaning, Betty J. Birner (2018) menyatakan bahwa bisa saja kata chair bermakna ‘makhluk berupa anjing’. Relasi antara kata dan konsepnya tidak dapat dijelaskan. Contoh lainnya adalah warna merah pada lampu lalu lintas yang meminta kita untuk menginjak rem. Padahal, dalam beberapa pandangan, warna merah berarti keberanian. Mengapa tidak kita terjang saja? Lagi-lagi, bentuk dan makna bahasa itu memang suka-suka penuturnya. Kemanasukaan tersebut disepakati oleh sebagian besar masyarakat dan diturunkan kepada generasi penerus di suatu wilayah.
Mengenai kemanasukaan bahasa, Birner menjelaskan, segala hal yang termasuk dalam kajian linguistik memiliki sifat arbitrer. Kita mungkin berhipotesis bahwa bahasa sepenuhnya bersifat manasuka. Namun, ternyata ada perkecualian, yaitu onomatope yang menurut Harimurti Kridalaksana (2008) bermakna ‘peniruan bunyi yang diasosiasikan dengan benda atau perbuatan itu’. Kita dapat membunyikan kata miaw, misalnya, untuk menirukan suara kucing. Suara petir pun dapat kita tebak dengan mudah. Onomatope mencerminkan relasi alamiah antara penanda dan petanda. Maka dari itu, dalam onomatope, bahasa tidak bersifat arbitrer.
#arbitrer
Rujukan:
- Birner, Betty J. 2018. Language and Meaning. New York: Routledge.
- Kushartanti, Yuwono dan Lauder. (Ed). 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
- Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin