Kerabat Nara mungkin pernah mendengar istilah arkais dan klasik. Dalam KBBI V, keduanya adalah label ragam bahasa. Saya lihat, arkais dan klasik sering kali digunakan oleh banyak orang untuk merujuk pada konsep yang sama, yakni kata-kata yang jarang digunakan. Padahal, arkais dan klasik adalah ragam bahasa yang memayungi kata-kata berbeda.
Coba tebak, di antara kata-kata di bawah ini, mana yang termasuk ragam bahasa arkais dan klasik?
- Ahkam
- Riding
- Semara
- Terungku
- Ungah-angih
- Gahara
Ahkam berarti ‘hukum; undang-undang’. Semara mengartikan ‘cinta kasih; berahi; asmara’. Sementara itu, ungah-angih bermakna ‘goyah (tentang gigi, pancang, dan sebagainya)’. Ketiganya termasuk kata arkais. Sementara itu, riding, terungku, dan gahara, merupakan kata klasik. Ketiga kata klasik tersebut secara berturut-turut bermakna ‘jaring besar (untuk menangkap kijang dan sebagainya)’, ‘penjara; bui’, dan ‘keturunan raja yang tulen (ayah ibunya anak raja-raja)’.
Perbedaannya begini, Kerabat Nara. Ragam arkais memayungi kata-kata yang tidak lazim, yang tidak pernah dipakai lagi. Sementara itu, ragam klasik menaungi kata-kata yang pernah digunakan dalam kesusastraan Melayu Klasik. Kata-kata klasik mungkin masih terdengar familier hingga hari ini. Contohnya adalah gundah, empu, dan nirmala.
Arkais dan klasik bukan semata-mata label untuk ragam bahasa yang jarang digunakan saat ini. Keduanya punya definisi yang berbeda dan daftar kata yang tidak sama. Semoga, setelah ini, keduanya tidak akan tertukar lagi, ya!
#arkais #klasik
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin